Minggu, 02 Januari 2011

Menyusun Strategi-strategi untuk Tahun Baru

TADI pagi Johan agak sewot sama mamanya. Pasalnya, kemarin ia sudah merengek-rengek meminta dibelikan terompet, namun ditolak. Anak berusia sepuluh tahun itu kemudian meninggalkan rumahnya. Selama seharian ia pergi. Ia baru muncul di sore hari, ketika matahari sudah menuju peraduannya.

Menurut Johan, alasan yang dibuat ibunya itu hanya mengada-ada. Alasanya adalah sang ibu ingin menggunakan uang seefisien mungkin. Tidak untuk beli hal-hal yang kurang berguna. Apalagi hal-hal itu hanya untuk kesenangan sesaat. Johan tersinggung mendengar alasan ibunya itu. Ia ingin sekali bergembira. Ia ingin sekali bersukacita pada malam tahun baru. Ia ingin merayakannya bersama teman-teman sebayanya dengan meniup terompet pada malam tahun baru.

Keinginan Johan tak tercapai. Maksud hati ingin merayakan malam tahun baru dengan meriah. Tetapi ganjalan ekonomi keluarga membuat ia mesti mengikuti nasihat sang mama. Alasan itu membuat ia sedih. Ia sewot. Namun ia mesti berusaha untuk mengatasi kemarahannya. Mengapa? Karena itulah kenyataan hidupnya. Ia hanyalah anak seorang janda yang profesinya sebagai tukang cuci.

Johan kemudian sadar. Cara menyambut tahun baru tidak harus dengan meniup terompet. Tidak mesti dengan membuang-buang uang untuk membeli terompet. Ia dapat merayakan tahun baru bersama teman-temannya di rumah kontrakan ibunya yang sederhana itu. Artinya, ia dapat merayakannya dalam kesederhanaan.

Sahabat, berapa banyak dari kita yang merayakan tahun baru dengan gegap gempita? Berapa banyak dari kita yang menghabiskan sekian banyak uang untuk menyambut tahun baru? Dengan alasan untuk melepas tahun yang lama dan menyambut tahun baru, begitu banyak orang yang mengorbankan begitu banyak hal.

Kisah tadi mau mengingatkan kita bahwa tahun baru dapat dimaknai secara sederhana. Yang penting adalah suasana batin yang sungguh-sungguh bersih dan gembira. Yang penting adalah orang dapat memiliki suatu disposisi batin yang baik dan menyenangkan untuk menyambut tahun baru dengan penuh optimis.

Karena itu, kita dapat bertanya pada diri kita masing-masing tentang apa yang telah kita buat selama tahun yang silam. Apakah saya memiliki hati yang mudah tergerak oleh penderitaan sesama saya? Apakah saya mau peduli terhadap sesama yang hidup bersama saya? Apakah saya punya cinta yang lebih besar terhadap sesama saya? Atau apakah saya lebih mementingkan diri sendiri, sehingga egoisme justru menguasai diri saya?

Kalau kita sudah bertanya tentang apa yang telah kita buat setahun yang silam, kita juga boleh memiliki kiat-kiat untuk tahun yang baru ini. Sebagai orang beriman, kita ingin agar tahun yang baru memiliki makna yang mendalam bagi hidup kita. Karena itu, berpijak pada hal-hal baik yang telah kita buat selama tahun yang silam, kita ingin meraih sukses yang lebih besar di tahun yang baru. Untuk itu, kita mesti menyusun strategi-strategi yang tepat untuk meraih keinginan-keinginan kita. Tentu saja kita masih tetap menyertakan Tuhan dalam perjuangan kita. Tuhan memberkati. *

Frans de Sales, SCJ/mail list Stola Dulce

Kamis, 30 Desember 2010

Pesan Natal Bersama PGI-KWI Tahun 2010


TEMA NATAL:

"Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia"

(bdk. Yoh. 1:9)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12). Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: "Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya" (Lih. Yoh.1:9-11). Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema:"Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia".

2. Saudara-saudari terkasih,

Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam kerukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan "peradaban" yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama; "peradaban" yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan bersuara; "peradaban" yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian daripada budaya cinta yang menghidupkan.

Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penanggungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuang-kan kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik memperlihatkan kinerja dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. Sorotan media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat, khususnya yang terungkap dengan praktik korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat memprihatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.

Sementara itu, keadaan masyarakat yang semakin jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin memperparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.

Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang menjelma menjadi manusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu, namun Terang yang sesung-guhnya ini membawa pengharapan sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu menumbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kegelapan, sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampai-kan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19).

Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya (Lih. Ef. 1:10). Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu (Lih. Kej. 1:10), yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali,   dan demikian juga menyatukan diri kita dengan   karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.

Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di dalam kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.

3. Saudara-saudari terkasih,

Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama.



* Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Rm. 12:21), karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.

* Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkret seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya, mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.

* Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat maupun pemerintah.

* Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik ibadat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetapkan oleh lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara pribadi.



Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak Terang (Yoh.12:36). Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:

SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011



Jakarta, 12 November 2010

Atas Nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI),



Pdt. Dr. A.A. Yewangoe
Ketua Umum

Pdt. Gomar Gultom, M.Th.
Sekretaris Umum



KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI),


Mgr. M.D. Situmorang OFM Cap.
Ketua

Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Jenderal




Souce: Gloria Cyber Ministries

Pesan Natal 2010: Paus Berdoa untuk Perdamaian Dunia

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Andri Malau

TRIBUNNEWS.COM, VATICAN
- Pimpinan Gereja Katolik di dunia, Paus Benediktus XVI, dalam perayaan Misa Malam Natal di Basilika St Petrus, Jumat (24/12/2010), menyampaikan doa bagi perdamaian dunia.

Paus Benediktus telah berdoa bagi perdamaian saat ia menyampaikan pesan natal tradisional Natal "Urbi et Orbi" dalam kotbahnya di hadapan lebih dari 10 ribu umat.

Pada misa di St Peter's Basilica, Paus berdoa bagi Tuhan untuk "menanamkan damai di hati kita" tetapi juga untuk "mematahkan ranting kecil lainnya dari para penindas"

Dalam pesan Natal, Paus Benediktus, mengatakan, "Kami bersyukur bahwa Allah memberikan diri-Nya ke tangan kita sebagai anak kecil, mengemis seperti itu untuk cinta kita, menanamkan damai di hati kita".

Dia menambahkan: "Bantu kami untuk hidup bersama dengan-Mu sebagai saudara dan saudari, sehingga menjadi satu keluarga, keluarga-Mu sendiri."

Sebelumnya, dalam hujan lebat Paus menyalakan lilin di jendela, yang menghadap lapangan Santo Petrus, untuk membuka secara resmi di Vatikan, adegan kelahiran (maklumat Natal).

Sementara itu, seorang turis Amerika, Gayle Savino, mengatakan, "Ini hanya berkat untuk berada di sini pada malam yang indah pada hari kelahiran Kristus." Kemudian pada hari Sabtu, Paus akan menyampaikan pesan Natal-nya ke kota Roma dan dunia.

Tampak Paus yang telah menginjak usia 83 tahun berhenti dua kali saat memberkati bayi dan menggendong bayi tersebut. Dalam Misa malam Natal ini, sekitar 10.000 orang menghadiri Misa kudus penuh damai dan kasih ini.

Paus juga akan menjadi tuan rumah makan siang Natal di balairung Vatikan untuk 350 orang tunawisma.

Seruan kedamaian dunia juga terdengar di dari sekitar 90 ribu orang yang juga berkumpul di kota Betlehem, Tepi Barat menjelang Misa tengah malam di Gereja Kelahiran, di situs di mana orang Kristen percaya Yesus dilahirkan.

Hal itu disampaikan oleh wakil atas Gereja Katolik di Timur Tengah-Patriark Latin Yerusalem, Fuad Twal - yang menyerukan perdamaian. "Selama musim Natal ini, mungkin suara lonceng gereja-gereja kita menenggelamkan suara kita yang terluka senjata di Timur Tengah," katanya.

"Harapan kami untuk Natal adalah bahwa Yerusalem tidak hanya menjadi ibu kota dua negara, tetapi juga model untuk dunia, harmoni dan koeksistensi dari tiga agama monoteistik." Demikian pesannya lantang.

Bapa bangsa juga mengingat serangan berdarah Oktober di Kristen di sebuah gereja Baghdad "Tindakan fanatik tersebut secara universal dikutuk oleh umat Kristen dan Muslim," katanya.

Jumlah wisatawan yang mengunjungi Betlehem telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 90.000 pengunjung datang di kota kecil penuh sejatah ini selama musim Natal -naik dari sekitar 70.000 tahun lalu, menurut angka pemerintah Israel. *

Sumber: Tribunnews.com

Muhammad and Jesus: Compare the Men - Compare the Religions

THOMAS  Carlyle observed that the history of the world is really the biography of great men. And no two men have influenced our world more than Jesus and Muhammad. Nations have used their words as the foundation of their cultures and laws. Fully half of the world's inhabitants trace the roots of their beliefs back to Muhammad's words in the 7th century and the teachings of Jesus Christ in the 1st century. So who were these men who have changed our world, and how do they compare with one another? We begin with Muhammad.


Muhammad didn't appear extraordinary at first. But in time his name became known throughout the Arab lands as the one who united a disparate group of nomad Arabs into a powerful force for their God. And today, nearly 1,400 years later, 1.8 billion Muslims revere Muhammad as the greatest of all prophets.


About six hundred years before Muhammad another man appeared on the scene who in three short years changed our world. His name is Jesus Christ. Within a few generations after he left earth, the power and might of the Roman Empire was enveloped by the phenomenon of Christianity, and today it is the world's largest religion with over 2 billion followers.


Although Muslims and Christians both believe strongly in God, their religious differences have changed our 21st century world. But, can their many religious differences be traced back to the teachings of Muhammad and Jesus? If these religious leaders were alive today, would they reflect the divisions of their followers, or would they agree with one another?


Perhaps we can answer that question by looking at the similarities and differences of Muhammad and Jesus. Both religious leaders had some similarities, but their differences account for much of the division we see today between Islam and Christianity. In the next several pages, we will look at the:

    * Life of Muhammad
    * Life of Jesus
    * Similarities between Muhammad and Jesus
    * Differences between Muhammad and Jesus

After comparing Muhammad and Jesus, we will attempt to draw conclusions about what led to their enormous influence upon our world. We will also examine their messages for essential differences. First let's take a brief look at their lives.

Life of Muhammad
Muhammad was born in 570 A.D in Mecca, a city in Western Saudi Arabia. He was an orphan, having lost both parents by the age of 6. After age 8 the young Muhammad was raised by his uncle, Abu Talib. In time he joined the trading caravans as a merchant.

At age 25 Muhammad married a wealthy widow by the name of Khadijah, 15 years his senior. The couple had four daughters and two sons who died in infancy. During Muhammad's life he had a total of eleven wives. He was described as gentle and humble by nature. He loved children and animals.

At age 40, Muhammad fell into a trance in a cave on Mount Hira near Mecca where he claimed to have heard the angel Gabriel speak to him. Muhammad reportedly ran home crying out, "O, Kadijah! I have either become a soothsayer or else I am possessed of the Djin [demon] and gone mad."

Khadijah and her Christian cousin Waraqah consoled Muhammad, assuring him his vision must be real, and that he was truly God's prophet. Muhammad had additional revelations of Gabriel speaking to him, but he still had agonizing doubts about their reality. He was even more troubled when the revelations ceased, becoming dejected and entertaining suicide.

It wasn't until later when his revelations resumed, that Muhammad finally began proclaiming himself as a prophet, and preaching "in the one sovereign God, resurrection, and the last judgment, and the practicing of charity to the poor and the orphans."

Muhammad was illiterate and recited his revelations orally. It wasn't until after his death that they were compiled and written down in the Qur'an. Muslims accept the Qur'an as a miracle, believing it is 100% inspired with no human error. Much of what we know as Islam - the lives and sayings of the Prophet - is based on texts from between 130 and 300 years after Muhammad's death.

In the face of rampant idolatry, Muhammad became zealous for Allah. It was his zeal that led Muhammad to take up the sword for Allah. He would spread Islam by conquering the "infidel" (unbelieving) peoples, including Christians and Jews.

Prior to taking up the sword, Muhammad had co-existed peacefully with the many Jewish inhabitants of Medina. But when he realized the Jews rejected his prophetic calling and radical ideas, he became angry, and began treating them cruelly. As a result, some Jews were driven into exile by his militia, while others were executed with their widows and children being sold as slaves.

Prior to his death, Muhammad led several military campaigns. He proved to be a courageous and capable military leader. By the time of his death in 632, Muslims ruled only in Arabia. But within ten years the Arab Muslims conquered Palestine, Syria, Egypt, Iraq, and then Persia (Iran). In one generation Muhammad and his followers had changed the political landscape of the Eastern world. Today Muslims around the world honor Muhammad as Allah's one "True Prophet."

Life of Jesus Christ
Jesus Christ was born about 6 B. C. in Bethlehem, an obscure village in the Roman province of Palestine. It was a time when many Jews were looking for the long promised Messiah spoken of hundreds of years before by Hebrew prophets. Luke, who documented the life of Jesus, writes that Jesus was born of the Virgin Mary, and that the angel Gabriel proclaimed him as the "Son of the most High," the "Savior of men" (Luke 1:26-38).

Jesus worked as a carpenter in the Galilean town of Nazareth. At age 30 he began his public ministry by teaching God's Word and performing nature-defying miracles. Jesus' words and miraculous deeds attracted huge crowds like a magnet. He spoke of God with an authority that marveled everyone.

Jesus' sinless life of moral purity amazed both his followers and his enemies. He also astounded them by turning water into wine, walking on water, calming storms at sea, giving sight to the blind, healing paralyzed limbs, and restoring life to the dead. No one had ever demonstrated such power and authority. And his enemies were unable to refute Jesus' amazing power over nature.

Not only did Jesus perform great miracles, but he also spoke words of such profound wisdom, that it was said of him that "no man has ever spoken like this." His words were spoken with authority and revealed remarkable insight about the human condition. In fact, Jesus said his words were the words of God Himself.

Although the crowds that followed Jesus loved and accepted him, Jewish religious leaders were jealous of his fame and wisdom. In their envy, they continually sought to trip him up or catch him in a violation of their law.

But Jesus' life was pure and above reproach. Rather than violating God's law, Jesus fulfilled every single command by his righteous life. Jesus continually demonstrated heartfelt compassion for the poor and downcast. He looked beyond the outward appearances of men into their hearts. Jesus was always kind, going out of his way to help people, regardless of how important they were.

Jesus never boasted about himself. And his humility was blended with incredible courage and strength. He condemned religious hypocrisy, and spoke boldly in the face of overwhelming opposition from the Jewish leaders and Roman rulers. But Jesus also taught forgiveness, and demonstrated it by forgiving his executioners as he hung on the cross uttering, "Father forgive them for they don't know what they are doing." (Luke 23:26-49).

Jesus made claims that totally infuriated his enemies. Jesus' claims make it impossible that he was simply a prophet, a great religious leader, or merely a good man. "He was either who he claimed to be, [God] or he was a liar, or a madman, or something worse."

Jesus was betrayed by Judas, one of his 12 disciples, and turned over to his Jewish enemies. The Romans then crucified Jesus on a cross and certified his death. After verifing his death, his body was placed into a rich man's tomb in Jerusalem.

Jesus had told his disciples he would rise from the grave three days after his crucifixion. His disciples didn't believe his words at first, and they fled the scene, afraid they would be killed like their leader. But three days after Jesus' crucifixion, they were suddenly changed. In a dramatic turnaround, they began proclaiming that Jesus had risen, and eventually died as martyrs for what they believed to be true.

Before he ascended, Jesus promised that he would return to earth someday as Ruler. His followers' conviction spread like a wildfire, consuming the entire Roman Empire. Our world has never been the same.

Similarities between Jesus and Muhammad
Before we look at the differences between Jesus and Muhammad, let's identify a few of their similarities.
Great religious leaders

Jesus and Muhammad established the world's two largest religions, Christianity with 2.1 billion, and Islam with 1.8 billion people, together half of the world's population.
Monotheism

Although their views of God's nature were different, both men believed in and taught about one true God who is sovereign, infinite, all powerful, all-knowing, and the ultimate judge of all mankind.
Old Testament Scriptures

Both men accepted the Old Testament as God's Word, and acknowledged Abraham, as the one through whom God would make a great people. Jews and Christians believe God's promise is through Abraham's son, Isaac, while Muslims believe it is through Abraham's other son, Ishmael.
Written legacy

Neither Jesus nor Muhammad wrote a book. However, their respective followers recorded their words that we have today; the New Testament detailing the eyewitness accounts of Jesus' life and words, and the Qur'an, which records Muhammad's account of his revelation. Whereas Muslims regard the Qur'an as a "Miracle" that must be taken by faith without the necessity of evidentiary support, Christians point to numerous evidences of ancient documents substantiating the reliability of the New Testament.
Worldwide influence

Muhammad's most enduring influence has been his ability to unite disparate groups of Arab peoples under the banner of Islam, primarily by military conquest. This influence spread further by conquests of several surrounding countries.

Between the 8th century to the 13th century, Islam was instrumental in several developments in the arts and sciences. This period of cultural advancement is called "The Golden Age of Islam" During this Golden Age Muslim scholars made contributions to literature, mathematics, astronomy, medicine, and chemistry. Muhammad's influence rings loud today through his 1.8 billion followers around the world.

Jesus Christ influenced Western Civilization peacefully. He told us that God loves each of us individually and created us for Himself. He taught us to love and forgive each other. Secular world historian Will Durant credits Jesus' teachings with "the beginning of democracy." Jesus' teaching of the high value of the individual resulted in the establishment of schools such as Yale and Harvard, the abolition of slavery, the elevated dignity of women, and countless hospitals charities and humanitarian works.

Differences between Muhammad and Jesus
Although some similarities exist between Muhammad and Jesus, their differences are far greater. Let's look at a few of the most important.

Different ClaimsMuhammad said he was just a man; Jesus claimed to be God. In fact, Muhammad never claimed to be more than a man, a prophet of Allah. His following prayer reflects that:
"O Allah! I am but a man." (Ahmed, Musnad, Vol. 6, pg. 103)

Although Jesus was fully a man who felt pain, became hungry, tired, and was tempted like us, Jesus also claimed to be fully God, equal with his heavenly Father. He said that prior to becoming a man, he and the father had always existed as one God, and had jointly created the universe.

Several popular conspiracy theories, like The Da Vinci Code, have asserted that the church invented Jesus' divinity, but historical evidence indicates the earliest Christians believed that Jesus is both Lord and God.

Christianity would not be the same if Jesus' disciples hadn't truly believed he was God. (The term, "Son of God" does not mean a biological offspring, or that Jesus is inferior to his Father, it only reflects their relationship with one another within the godhead). All the evidence points to the fact that the disciples totally embraced his deity.
Different Character

As a mortal man, Muhammad sinned like us. Jesus was said to be "without sin" (John 8:46). Even his enemies were unable to accuse him of breaking any of God's Commandments. But Muhammad admitted he had erred, and asked Allah for forgiveness three times (Sura al-Ghafir 40:55; 47:19 al-Fath 48:2).
Different Authority

Muhammad never performed a miracle (Qur'an 29:50), but Jesus exhibited complete authority over nature by performing numerous miracles (Mark 3:9,10).
Different Credentials

Jesus fulfilled ancient Hebrew prophecies; Muhammad did not. Muhammad offered no credentials but his revelation. Yet, nearly 300 Old Testament prophecies with 61 specific details were fulfilled by Jesus Christ. Only God could have brought all those details to pass. Thus, Jesus is a perfect match for each of them. Jesus' divine credentials were established by his fulfillment of God's prophetic Word.
Different Power

Jesus' resurrection demonstrated divine power; Muhammad died and his bones are reportedly within his grave at Medina. Jesus, on the other hand, came back to life three days after he was crucified and confirmed dead by Roman executioners. Both Jesus' crucifixion and resurrection are historical facts for which there is compelling evidence.
Different Message

Jesus taught love and grace; Muhammad taught submission and rules. Muhammad taught that we must attain salvation by adhering to Islam's Five Pillars of the Faith. In other words, our salvation depends on our own efforts. Even then, one has no assurance of forgiveness, and must depend upon the mercy of Allah for forgiveness. Some Muslims believe that the Qur'an teaches that becoming a martyr for Allah will gain them favor and they will be rewarded by a heavenly harem.

Jesus said God created us for a relationship with Himself. His plan is to adopt us into His heavenly family as His beloved children. However, we rebelled against Him and broke His moral laws. The Bible calls this sin. Such disobedience against a holy God requires judgment. Our good deeds, money, or prayers cannot take away our sins.

The Bible tells us God is a pursuing God who devised a plan to free us from our sin debt. God's solution was to pay the price Himself. In order to accomplish that, Jesus became a man who would die in our place (Philippians 2:5). Jesus said: "God so loved the world that He sent Jesus to die for us" (John 3:16). Jesus taught that salvation is a free gift which must be embraced by faith in him alone, not our deeds. It is our choice to accept or reject God's free pardon.

Conclusion:Muhammad was a charismatic leader who successfully replaced much of the rampant idolatry of his time with the worship of Allah. Although he taught that Jesus was a true prophet, Muhammad didn't accept him as the Son of God or the savior of men. He rejected Jesus' message of love, forgiveness, and grace, in favor of obedience to the rules of Islam.

Muhammad's essential message was one of submission and servitude to Allah. He taught that those who believe in the Qur'an and do righteous deeds will be rewarded after death, but those who disbelieve (infidels) and fail to obey Islam's Five Pillars will suffer severe punishment. Therefore, our eternal status is based upon our deeds rather than God's forgiveness and grace.

Jesus Christ brought a completely different message. He said those who believe in him are sons of God rather than slaves. And our hope for eternal life is based upon his sacrificial death alone, rather than our own deeds. Jesus said that those who truly put their faith in him are completely forgiven of all their sins, and have peace with God and purpose for living. And they will discover new power to live for him.

Thus with Muhammad and Jesus, we have two significant leaders whose words, although very different, are still impacting our world today. Muhammad claimed he was a prophet for Allah, and his followers say that his message supersedes that of all other prophets.

Jesus, on the other hand claimed to be more than a prophet. He said he existed before the universe was created, and that he is one with God the Father. His followers believed his words because they saw him alive after his death.

Other than the Qur'an, Muhammad left us no proof that his message was from God. His followers claim that the Qur'an is a miracle needing no proof or evidence. However, Jesus reportedly backed up his words and claims with a feat that would have been impossible unless God had done it. To his followers, it was his bodily resurrection from the dead that convinced them his words are true. They went everywhere proclaiming Jesus' claims to be true, even at the cost of their own lives.

If Jesus did rise from the dead, then he is the only man able to tell us what is on the other side. Did he tell us that we face an uncertain future after we die? Or did Jesus promise that we can be forgiven and accepted into the loving arms of God? Discover what Jesus said in "Why Jesus?"

Source: Y-Jesus Newsletter

"Ia Telah Ada di Dalam Dunia dan Dunia Dijadikan OlehNya"

(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" (Yoh 1:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
  Hidup membumi atau mendunia itulah kesibukan kita sehari-hari atau panggilan hidup kita. Sang Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia, telah datang ke tengah-tengah kita, dengan mengambil rupa manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Memang hanya orang yang sungguh beriman berani dan mampu mengimani bahwa bayi yang lahir di Betlekem itu adalah Penyelamat Dunia, datang untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya. Kita yang beriman kepadaNya diipanggil untuk meneladanNya, maka marilah dengan rendah hati kita melepaskan kebesaran-kebesaran kita untuk menjadi sama dengan sesama manusia, lebih-lebih dengan mereka yang miskin dan berkekurangan.Kita harus berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal ikhwal duniawi, maka hendaknya juga tidak malu untuk mengerjakan hal-hal sederhana seperti menyapu, mencuci piring, membersihkan lantai/WC, dst. Mengapa? Karena ketika kita terbiasa untuk mengerjakan hal-hal yang sederhana tersebut kiranya kita tak akan malu lagi untuk sungguh hidup membumi atau mendunia dan kita tahu akan aneka macam kebutuhan pokok sehari-hari setiap manusia. Untuk itu memang kita juga harus hidup sederhana untuk memberi kesaksian akan iman kita kepada Sang Penyelamat Dunia yang lahir atau datang dalam kemiskinan atau kesederhanaan luar biasa. Sore/malam ini kita semua merayakan pergantian tahun, dari tahun 2010 ke 2011, maka kami harapkan merayakan secara sederhana saja, tidak berfoya-foya. Semoga dengan pergantian tahun kita juga berani berubah terus menerus agar semakin layak menjadi `anak-anak Allah', orang-orang yang selalu melaksanakan kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari.
  "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir" (1Yoh 2:18). "Antikristus" berarti orang yang tidak beriman kepada Yesus Kristus dan sering mengganggu atau mengacau hidup orang yang beriman kepada Yesus Kristus, antara lain orang atau kelompok yang fanatik, yang mempersulit pembangunan tempat ibadat. Aneh dan nyata: izin untuk mendirikan ruko, losmen atau hotel begitu mudah, padahal bangunan tersebut sering disalah-gunakan untuk makziat atau pelacuran, sedangkan membangun tempat ibadat dipersulit. Maka baiklah kita tidak terkejut jika untuk membangun tempat ibadat atau beribadat sering harus menghadapi aneka tantangan, mengingat dan memeperhatikan kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia pun menghadapi tantangan dari saudara-saudari- Nya di Betlekem; mereka menolak dan tidak bersedia memberi penginapan kepada Maria yang akan melahirkan Penyelamat Dunia. Kedatangan Penyelamat Dunia mengarah ke akhir hidupNya di puncak kayu salib artinya kelahiranNya telah mengalami penderitaan. Dengan kata lain hendaknya tidak marah atau menggerutu ketika kita menghadapi aneka tantangan dan masalah dalam rangka merayakan atau mewujudkan iman kita kepada Sang Penyelamat Dunia, Yesus Kristus. Memang untuk memperjuangkan dan menghayati kebenaran sejati tak akan terlepas dari aneka tantangan, masalah dan hambatan, namun demikian percayalah bahwa kebenaran pasti akan menang atas dusta dan kebohongan, kesederhanaan akan menang atas keserakahan. Semoga aneka tantangan, masalah dan hambatan menjadi wahana atau jalan bagi kita semua untuk semakin memperdalam dan meneguhkan iman kita.

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya " (Mzm 96:11-13)
Jakarta, 31 Desember 2010


Sumber: i_sumarya@yahoo.com

Umat Stasi Kelapa Lima Tanam Pohon di Taman Doa Oebelo

SEBANYAK 35 orang umat Katolik laki-laki dan perempuan dari Stasi St. Antonius Kelapa Lima, Kota Kupang menanam berbagai jenis anakan pohon di taman doa Yesus dan Maria Oebelo, Kecamatan Kupang Timur, Kamis (30/12/2010).

Ketua Panitia Penanaman, Drs. Gabriel Niron, yang memimpin rombongan tersebut, mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu program Panitia Natal 2010 Stasi St.Antonius Kelapa Lima.

Dalam program ini, kata kader konservasi Propinsi NTT ini, panitia bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Propinsi NTT. Dinas ini menyediakan anakan pohon yang ditanam umat Stasi Kelapa Lima.

Menurut Gabriel Niron, Dinas Kehutanan menyediakan 1.000 anakan pohon. Namun, kemarin umat Stasi Kelapa Lima baru menanam 400 pohon. Anakan itu di antaranya nangka, jati putih, mahoni, angsono dan gamalina.

Seperti disaksikan Pos Kupang, anakan pohon itu diangkut dengan mobil pick up ke lokasi. Pengangkutan dikoordinir oleh Benediktus Poa dan Romensius Hale. Sampai di lokasi, mereka bersama-sama menggali lubang dan menanam anakan pohonitu.

Tanaman-tanaman itu ditanam di punggung bukit taman doa. Punggung bukit itu terdiri dari padang rumput. Di sepanjang punggung bukti itu sudah dibangun jalan berliku-liku munuju puncak bukit. Di beberapa sudut jalan sudah berdiri bangunan berbentuk payung.

Menurut Bene Poa, tanggung jawab umat Stasi Kelapa Lima terhadap tanaman-tanaman itu tidak sebatas menanam, tetapi juga dilanjutkan dengan perawatan sampai pohon-pohon itu dinyatakan hidup.

"Pengalaman saya bekerja dengan orang Dinas Kehutanan, pohon-pohon yang ditanam baru betul-betul hidup setelah dua tahun. Teorinya seperti itu," kata Bene Poa.

Umat yang hadir berharap pohon-pohon itu bisa hidup sampai berbuah, sehingga nantinya bukit itu tidak lagi berupa padang, melainkan hutan yang lebat. Para peziarah pun boleh menikmati buah-buahnya. (ati) 




Keterangan Foto:
DI TAMAN DOA
-- Umat Katolik Stasi St. Antonius Kelapa Lima foto bersama di taman doa Yesus dan Maria Oebelo usai menanam anakan pohon, Kamis (30/12/2010).
 
Foto: AGUS SAPE

Sabtu, 11 Desember 2010

Usaha Mewujudkan Mimpi dalam Hidup

ADA seorang pemuda yang bermimpi menjadi seorang pemimpin sebuah desa. Ia ingin menjadi seorang pemimpin yang murah hati. Ia ingin memimpin rakyatnya dengan mengandalkan cinta kasih. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpinya itu.

Hal pertama yang ia lakukan adalah ia belajar menjadi orang yang murah hati. Apa yang dia miliki dia bagikan kepada penduduk di desanya yang membutuhkannya. Lantas ia mengunjungi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal itu ia lakukan bukan untuk mencari dukungan dari mereka dalam pemilihan kepala desa. Ia lakukan semata-mata untuk mengumpulkan data-data tentang penduduk di desanya itu.

Setelah beberapa tahun, ia pun terpilih menjadi kepala desa di desanya. Hal itu ia terima dengan tulus hati. Hal pertama yang ia kerjakan adalah ia mengumpulkan orang-orang yang dapat membantunya untuk mewujudkan keinginannya. Namun orang-orang itu tidak begitu setuju dengan padangan-pandangannya. Ia mendapatkan pertentangan dari mereka. Akibatnya, ia kehilangan kawan untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat di desanya.

Namun pemuda itu tidak hilang akal. Dengan kemampuan dan tenaga yang dimiliki, ia mulai membangun desanya. Ia melibatkan seluruh masyarakat di desanya. Ia memberikan pengarahan kepada mereka agar mereka mau bahu-membahu dalam memajukan desa mereka. Langkah ini ternyata cukup efektif. Ia tidak hanya bermimpi. Di akhir masa pemerintahannya, desa itu tampak sejahtera. Ada sarana-sarana publik yang dapat digunakan untuk membantu kesejahteraan rakyat.

Ketika hendak dipilih lagi untuk menjadi kepala desa, pemuda lajang itu menolak. Ia bermimpi untuk menjadi pemimpin yang lebih tinggi lagi, yaitu camat. Ia ingin membantu semakin banyak orang untuk meraih kesejahteraan dalam hidup ini.

Sahabat, kalau orang tidak punya mimpi, ia tidak punya banyak kreativitas. Ia adalah orang yang stagnan. Tidak bisa berkembang. Tidak bisa maju. Namun bermimpi saja belum cukup. Orang mesti mewujudkan mimpinya itu dalam kenyataan hidupnya. Mimpi sekedar mimpi bagai tong kosong yang nyaring bunyinya.

Karena itu, orang yang bermimpi itu mesti mempersenjatai dirinya dengan ketrampilan-ketrampilan dan keahlian-keahlian. Dua hal ini menjadi sarana untuk memperlancar perwujudan mimpinya. Yang dibutuhkan adalah orang berani menerjang aral yang melintang untuk mewujudkan mimpinya itu. Orang tidak bisa hanya membiarkan mimpinya berlalu begitu saja.

Orang beriman akan mewujudkan mimpinya itu dengan bantuan dari Tuhan. Ia membuka hatinya, agar Tuhan terlibat dalam kehidupannya. Ia membiarkan dirinya dituntun oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dengan demikian, perjuangannya untuk mewujudkan mimpinya itu sungguh-sungguh memiliki makna yang lebih mendalam.

Karena itu, usaha terus-menerus untuk mewujudkan mimpi atau cita-cita itu mesti juga dikuatkan oleh konsistensi dalam hidup. Orang yang konsisten itu orang yang bekerja tidak setengah-setengah. Orang seperti ini selalu memberi prioritas utama dalam memadukan mimpi dan perwujudan mimpi itu dalam hidup yang nyata. Tuhan memberkati. (Frans de Sales, SCJ)