Kamis, 30 Desember 2010

Pesan Natal Bersama PGI-KWI Tahun 2010


TEMA NATAL:

"Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia"

(bdk. Yoh. 1:9)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12). Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: "Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya" (Lih. Yoh.1:9-11). Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema:"Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia".

2. Saudara-saudari terkasih,

Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam kerukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan "peradaban" yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama; "peradaban" yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan bersuara; "peradaban" yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian daripada budaya cinta yang menghidupkan.

Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penanggungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuang-kan kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik memperlihatkan kinerja dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. Sorotan media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat, khususnya yang terungkap dengan praktik korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat memprihatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.

Sementara itu, keadaan masyarakat yang semakin jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin memperparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.

Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang menjelma menjadi manusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu, namun Terang yang sesung-guhnya ini membawa pengharapan sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu menumbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kegelapan, sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampai-kan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Luk. 4:18-19).

Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya (Lih. Ef. 1:10). Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu (Lih. Kej. 1:10), yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali,   dan demikian juga menyatukan diri kita dengan   karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.

Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di dalam kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.

3. Saudara-saudari terkasih,

Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama.



* Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: "Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (Rm. 12:21), karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.

* Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkret seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya, mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.

* Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat maupun pemerintah.

* Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik ibadat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetapkan oleh lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara pribadi.



Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak Terang (Yoh.12:36). Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:

SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011



Jakarta, 12 November 2010

Atas Nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI),



Pdt. Dr. A.A. Yewangoe
Ketua Umum

Pdt. Gomar Gultom, M.Th.
Sekretaris Umum



KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI),


Mgr. M.D. Situmorang OFM Cap.
Ketua

Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Jenderal




Souce: Gloria Cyber Ministries

Pesan Natal 2010: Paus Berdoa untuk Perdamaian Dunia

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Andri Malau

TRIBUNNEWS.COM, VATICAN
- Pimpinan Gereja Katolik di dunia, Paus Benediktus XVI, dalam perayaan Misa Malam Natal di Basilika St Petrus, Jumat (24/12/2010), menyampaikan doa bagi perdamaian dunia.

Paus Benediktus telah berdoa bagi perdamaian saat ia menyampaikan pesan natal tradisional Natal "Urbi et Orbi" dalam kotbahnya di hadapan lebih dari 10 ribu umat.

Pada misa di St Peter's Basilica, Paus berdoa bagi Tuhan untuk "menanamkan damai di hati kita" tetapi juga untuk "mematahkan ranting kecil lainnya dari para penindas"

Dalam pesan Natal, Paus Benediktus, mengatakan, "Kami bersyukur bahwa Allah memberikan diri-Nya ke tangan kita sebagai anak kecil, mengemis seperti itu untuk cinta kita, menanamkan damai di hati kita".

Dia menambahkan: "Bantu kami untuk hidup bersama dengan-Mu sebagai saudara dan saudari, sehingga menjadi satu keluarga, keluarga-Mu sendiri."

Sebelumnya, dalam hujan lebat Paus menyalakan lilin di jendela, yang menghadap lapangan Santo Petrus, untuk membuka secara resmi di Vatikan, adegan kelahiran (maklumat Natal).

Sementara itu, seorang turis Amerika, Gayle Savino, mengatakan, "Ini hanya berkat untuk berada di sini pada malam yang indah pada hari kelahiran Kristus." Kemudian pada hari Sabtu, Paus akan menyampaikan pesan Natal-nya ke kota Roma dan dunia.

Tampak Paus yang telah menginjak usia 83 tahun berhenti dua kali saat memberkati bayi dan menggendong bayi tersebut. Dalam Misa malam Natal ini, sekitar 10.000 orang menghadiri Misa kudus penuh damai dan kasih ini.

Paus juga akan menjadi tuan rumah makan siang Natal di balairung Vatikan untuk 350 orang tunawisma.

Seruan kedamaian dunia juga terdengar di dari sekitar 90 ribu orang yang juga berkumpul di kota Betlehem, Tepi Barat menjelang Misa tengah malam di Gereja Kelahiran, di situs di mana orang Kristen percaya Yesus dilahirkan.

Hal itu disampaikan oleh wakil atas Gereja Katolik di Timur Tengah-Patriark Latin Yerusalem, Fuad Twal - yang menyerukan perdamaian. "Selama musim Natal ini, mungkin suara lonceng gereja-gereja kita menenggelamkan suara kita yang terluka senjata di Timur Tengah," katanya.

"Harapan kami untuk Natal adalah bahwa Yerusalem tidak hanya menjadi ibu kota dua negara, tetapi juga model untuk dunia, harmoni dan koeksistensi dari tiga agama monoteistik." Demikian pesannya lantang.

Bapa bangsa juga mengingat serangan berdarah Oktober di Kristen di sebuah gereja Baghdad "Tindakan fanatik tersebut secara universal dikutuk oleh umat Kristen dan Muslim," katanya.

Jumlah wisatawan yang mengunjungi Betlehem telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 90.000 pengunjung datang di kota kecil penuh sejatah ini selama musim Natal -naik dari sekitar 70.000 tahun lalu, menurut angka pemerintah Israel. *

Sumber: Tribunnews.com

Muhammad and Jesus: Compare the Men - Compare the Religions

THOMAS  Carlyle observed that the history of the world is really the biography of great men. And no two men have influenced our world more than Jesus and Muhammad. Nations have used their words as the foundation of their cultures and laws. Fully half of the world's inhabitants trace the roots of their beliefs back to Muhammad's words in the 7th century and the teachings of Jesus Christ in the 1st century. So who were these men who have changed our world, and how do they compare with one another? We begin with Muhammad.


Muhammad didn't appear extraordinary at first. But in time his name became known throughout the Arab lands as the one who united a disparate group of nomad Arabs into a powerful force for their God. And today, nearly 1,400 years later, 1.8 billion Muslims revere Muhammad as the greatest of all prophets.


About six hundred years before Muhammad another man appeared on the scene who in three short years changed our world. His name is Jesus Christ. Within a few generations after he left earth, the power and might of the Roman Empire was enveloped by the phenomenon of Christianity, and today it is the world's largest religion with over 2 billion followers.


Although Muslims and Christians both believe strongly in God, their religious differences have changed our 21st century world. But, can their many religious differences be traced back to the teachings of Muhammad and Jesus? If these religious leaders were alive today, would they reflect the divisions of their followers, or would they agree with one another?


Perhaps we can answer that question by looking at the similarities and differences of Muhammad and Jesus. Both religious leaders had some similarities, but their differences account for much of the division we see today between Islam and Christianity. In the next several pages, we will look at the:

    * Life of Muhammad
    * Life of Jesus
    * Similarities between Muhammad and Jesus
    * Differences between Muhammad and Jesus

After comparing Muhammad and Jesus, we will attempt to draw conclusions about what led to their enormous influence upon our world. We will also examine their messages for essential differences. First let's take a brief look at their lives.

Life of Muhammad
Muhammad was born in 570 A.D in Mecca, a city in Western Saudi Arabia. He was an orphan, having lost both parents by the age of 6. After age 8 the young Muhammad was raised by his uncle, Abu Talib. In time he joined the trading caravans as a merchant.

At age 25 Muhammad married a wealthy widow by the name of Khadijah, 15 years his senior. The couple had four daughters and two sons who died in infancy. During Muhammad's life he had a total of eleven wives. He was described as gentle and humble by nature. He loved children and animals.

At age 40, Muhammad fell into a trance in a cave on Mount Hira near Mecca where he claimed to have heard the angel Gabriel speak to him. Muhammad reportedly ran home crying out, "O, Kadijah! I have either become a soothsayer or else I am possessed of the Djin [demon] and gone mad."

Khadijah and her Christian cousin Waraqah consoled Muhammad, assuring him his vision must be real, and that he was truly God's prophet. Muhammad had additional revelations of Gabriel speaking to him, but he still had agonizing doubts about their reality. He was even more troubled when the revelations ceased, becoming dejected and entertaining suicide.

It wasn't until later when his revelations resumed, that Muhammad finally began proclaiming himself as a prophet, and preaching "in the one sovereign God, resurrection, and the last judgment, and the practicing of charity to the poor and the orphans."

Muhammad was illiterate and recited his revelations orally. It wasn't until after his death that they were compiled and written down in the Qur'an. Muslims accept the Qur'an as a miracle, believing it is 100% inspired with no human error. Much of what we know as Islam - the lives and sayings of the Prophet - is based on texts from between 130 and 300 years after Muhammad's death.

In the face of rampant idolatry, Muhammad became zealous for Allah. It was his zeal that led Muhammad to take up the sword for Allah. He would spread Islam by conquering the "infidel" (unbelieving) peoples, including Christians and Jews.

Prior to taking up the sword, Muhammad had co-existed peacefully with the many Jewish inhabitants of Medina. But when he realized the Jews rejected his prophetic calling and radical ideas, he became angry, and began treating them cruelly. As a result, some Jews were driven into exile by his militia, while others were executed with their widows and children being sold as slaves.

Prior to his death, Muhammad led several military campaigns. He proved to be a courageous and capable military leader. By the time of his death in 632, Muslims ruled only in Arabia. But within ten years the Arab Muslims conquered Palestine, Syria, Egypt, Iraq, and then Persia (Iran). In one generation Muhammad and his followers had changed the political landscape of the Eastern world. Today Muslims around the world honor Muhammad as Allah's one "True Prophet."

Life of Jesus Christ
Jesus Christ was born about 6 B. C. in Bethlehem, an obscure village in the Roman province of Palestine. It was a time when many Jews were looking for the long promised Messiah spoken of hundreds of years before by Hebrew prophets. Luke, who documented the life of Jesus, writes that Jesus was born of the Virgin Mary, and that the angel Gabriel proclaimed him as the "Son of the most High," the "Savior of men" (Luke 1:26-38).

Jesus worked as a carpenter in the Galilean town of Nazareth. At age 30 he began his public ministry by teaching God's Word and performing nature-defying miracles. Jesus' words and miraculous deeds attracted huge crowds like a magnet. He spoke of God with an authority that marveled everyone.

Jesus' sinless life of moral purity amazed both his followers and his enemies. He also astounded them by turning water into wine, walking on water, calming storms at sea, giving sight to the blind, healing paralyzed limbs, and restoring life to the dead. No one had ever demonstrated such power and authority. And his enemies were unable to refute Jesus' amazing power over nature.

Not only did Jesus perform great miracles, but he also spoke words of such profound wisdom, that it was said of him that "no man has ever spoken like this." His words were spoken with authority and revealed remarkable insight about the human condition. In fact, Jesus said his words were the words of God Himself.

Although the crowds that followed Jesus loved and accepted him, Jewish religious leaders were jealous of his fame and wisdom. In their envy, they continually sought to trip him up or catch him in a violation of their law.

But Jesus' life was pure and above reproach. Rather than violating God's law, Jesus fulfilled every single command by his righteous life. Jesus continually demonstrated heartfelt compassion for the poor and downcast. He looked beyond the outward appearances of men into their hearts. Jesus was always kind, going out of his way to help people, regardless of how important they were.

Jesus never boasted about himself. And his humility was blended with incredible courage and strength. He condemned religious hypocrisy, and spoke boldly in the face of overwhelming opposition from the Jewish leaders and Roman rulers. But Jesus also taught forgiveness, and demonstrated it by forgiving his executioners as he hung on the cross uttering, "Father forgive them for they don't know what they are doing." (Luke 23:26-49).

Jesus made claims that totally infuriated his enemies. Jesus' claims make it impossible that he was simply a prophet, a great religious leader, or merely a good man. "He was either who he claimed to be, [God] or he was a liar, or a madman, or something worse."

Jesus was betrayed by Judas, one of his 12 disciples, and turned over to his Jewish enemies. The Romans then crucified Jesus on a cross and certified his death. After verifing his death, his body was placed into a rich man's tomb in Jerusalem.

Jesus had told his disciples he would rise from the grave three days after his crucifixion. His disciples didn't believe his words at first, and they fled the scene, afraid they would be killed like their leader. But three days after Jesus' crucifixion, they were suddenly changed. In a dramatic turnaround, they began proclaiming that Jesus had risen, and eventually died as martyrs for what they believed to be true.

Before he ascended, Jesus promised that he would return to earth someday as Ruler. His followers' conviction spread like a wildfire, consuming the entire Roman Empire. Our world has never been the same.

Similarities between Jesus and Muhammad
Before we look at the differences between Jesus and Muhammad, let's identify a few of their similarities.
Great religious leaders

Jesus and Muhammad established the world's two largest religions, Christianity with 2.1 billion, and Islam with 1.8 billion people, together half of the world's population.
Monotheism

Although their views of God's nature were different, both men believed in and taught about one true God who is sovereign, infinite, all powerful, all-knowing, and the ultimate judge of all mankind.
Old Testament Scriptures

Both men accepted the Old Testament as God's Word, and acknowledged Abraham, as the one through whom God would make a great people. Jews and Christians believe God's promise is through Abraham's son, Isaac, while Muslims believe it is through Abraham's other son, Ishmael.
Written legacy

Neither Jesus nor Muhammad wrote a book. However, their respective followers recorded their words that we have today; the New Testament detailing the eyewitness accounts of Jesus' life and words, and the Qur'an, which records Muhammad's account of his revelation. Whereas Muslims regard the Qur'an as a "Miracle" that must be taken by faith without the necessity of evidentiary support, Christians point to numerous evidences of ancient documents substantiating the reliability of the New Testament.
Worldwide influence

Muhammad's most enduring influence has been his ability to unite disparate groups of Arab peoples under the banner of Islam, primarily by military conquest. This influence spread further by conquests of several surrounding countries.

Between the 8th century to the 13th century, Islam was instrumental in several developments in the arts and sciences. This period of cultural advancement is called "The Golden Age of Islam" During this Golden Age Muslim scholars made contributions to literature, mathematics, astronomy, medicine, and chemistry. Muhammad's influence rings loud today through his 1.8 billion followers around the world.

Jesus Christ influenced Western Civilization peacefully. He told us that God loves each of us individually and created us for Himself. He taught us to love and forgive each other. Secular world historian Will Durant credits Jesus' teachings with "the beginning of democracy." Jesus' teaching of the high value of the individual resulted in the establishment of schools such as Yale and Harvard, the abolition of slavery, the elevated dignity of women, and countless hospitals charities and humanitarian works.

Differences between Muhammad and Jesus
Although some similarities exist between Muhammad and Jesus, their differences are far greater. Let's look at a few of the most important.

Different ClaimsMuhammad said he was just a man; Jesus claimed to be God. In fact, Muhammad never claimed to be more than a man, a prophet of Allah. His following prayer reflects that:
"O Allah! I am but a man." (Ahmed, Musnad, Vol. 6, pg. 103)

Although Jesus was fully a man who felt pain, became hungry, tired, and was tempted like us, Jesus also claimed to be fully God, equal with his heavenly Father. He said that prior to becoming a man, he and the father had always existed as one God, and had jointly created the universe.

Several popular conspiracy theories, like The Da Vinci Code, have asserted that the church invented Jesus' divinity, but historical evidence indicates the earliest Christians believed that Jesus is both Lord and God.

Christianity would not be the same if Jesus' disciples hadn't truly believed he was God. (The term, "Son of God" does not mean a biological offspring, or that Jesus is inferior to his Father, it only reflects their relationship with one another within the godhead). All the evidence points to the fact that the disciples totally embraced his deity.
Different Character

As a mortal man, Muhammad sinned like us. Jesus was said to be "without sin" (John 8:46). Even his enemies were unable to accuse him of breaking any of God's Commandments. But Muhammad admitted he had erred, and asked Allah for forgiveness three times (Sura al-Ghafir 40:55; 47:19 al-Fath 48:2).
Different Authority

Muhammad never performed a miracle (Qur'an 29:50), but Jesus exhibited complete authority over nature by performing numerous miracles (Mark 3:9,10).
Different Credentials

Jesus fulfilled ancient Hebrew prophecies; Muhammad did not. Muhammad offered no credentials but his revelation. Yet, nearly 300 Old Testament prophecies with 61 specific details were fulfilled by Jesus Christ. Only God could have brought all those details to pass. Thus, Jesus is a perfect match for each of them. Jesus' divine credentials were established by his fulfillment of God's prophetic Word.
Different Power

Jesus' resurrection demonstrated divine power; Muhammad died and his bones are reportedly within his grave at Medina. Jesus, on the other hand, came back to life three days after he was crucified and confirmed dead by Roman executioners. Both Jesus' crucifixion and resurrection are historical facts for which there is compelling evidence.
Different Message

Jesus taught love and grace; Muhammad taught submission and rules. Muhammad taught that we must attain salvation by adhering to Islam's Five Pillars of the Faith. In other words, our salvation depends on our own efforts. Even then, one has no assurance of forgiveness, and must depend upon the mercy of Allah for forgiveness. Some Muslims believe that the Qur'an teaches that becoming a martyr for Allah will gain them favor and they will be rewarded by a heavenly harem.

Jesus said God created us for a relationship with Himself. His plan is to adopt us into His heavenly family as His beloved children. However, we rebelled against Him and broke His moral laws. The Bible calls this sin. Such disobedience against a holy God requires judgment. Our good deeds, money, or prayers cannot take away our sins.

The Bible tells us God is a pursuing God who devised a plan to free us from our sin debt. God's solution was to pay the price Himself. In order to accomplish that, Jesus became a man who would die in our place (Philippians 2:5). Jesus said: "God so loved the world that He sent Jesus to die for us" (John 3:16). Jesus taught that salvation is a free gift which must be embraced by faith in him alone, not our deeds. It is our choice to accept or reject God's free pardon.

Conclusion:Muhammad was a charismatic leader who successfully replaced much of the rampant idolatry of his time with the worship of Allah. Although he taught that Jesus was a true prophet, Muhammad didn't accept him as the Son of God or the savior of men. He rejected Jesus' message of love, forgiveness, and grace, in favor of obedience to the rules of Islam.

Muhammad's essential message was one of submission and servitude to Allah. He taught that those who believe in the Qur'an and do righteous deeds will be rewarded after death, but those who disbelieve (infidels) and fail to obey Islam's Five Pillars will suffer severe punishment. Therefore, our eternal status is based upon our deeds rather than God's forgiveness and grace.

Jesus Christ brought a completely different message. He said those who believe in him are sons of God rather than slaves. And our hope for eternal life is based upon his sacrificial death alone, rather than our own deeds. Jesus said that those who truly put their faith in him are completely forgiven of all their sins, and have peace with God and purpose for living. And they will discover new power to live for him.

Thus with Muhammad and Jesus, we have two significant leaders whose words, although very different, are still impacting our world today. Muhammad claimed he was a prophet for Allah, and his followers say that his message supersedes that of all other prophets.

Jesus, on the other hand claimed to be more than a prophet. He said he existed before the universe was created, and that he is one with God the Father. His followers believed his words because they saw him alive after his death.

Other than the Qur'an, Muhammad left us no proof that his message was from God. His followers claim that the Qur'an is a miracle needing no proof or evidence. However, Jesus reportedly backed up his words and claims with a feat that would have been impossible unless God had done it. To his followers, it was his bodily resurrection from the dead that convinced them his words are true. They went everywhere proclaiming Jesus' claims to be true, even at the cost of their own lives.

If Jesus did rise from the dead, then he is the only man able to tell us what is on the other side. Did he tell us that we face an uncertain future after we die? Or did Jesus promise that we can be forgiven and accepted into the loving arms of God? Discover what Jesus said in "Why Jesus?"

Source: Y-Jesus Newsletter

"Ia Telah Ada di Dalam Dunia dan Dunia Dijadikan OlehNya"

(1Yoh 2:18-21; Yoh 1:1-18)

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" (Yoh 1:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
  Hidup membumi atau mendunia itulah kesibukan kita sehari-hari atau panggilan hidup kita. Sang Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia, telah datang ke tengah-tengah kita, dengan mengambil rupa manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Memang hanya orang yang sungguh beriman berani dan mampu mengimani bahwa bayi yang lahir di Betlekem itu adalah Penyelamat Dunia, datang untuk menyelamatkan seluruh dunia seisinya. Kita yang beriman kepadaNya diipanggil untuk meneladanNya, maka marilah dengan rendah hati kita melepaskan kebesaran-kebesaran kita untuk menjadi sama dengan sesama manusia, lebih-lebih dengan mereka yang miskin dan berkekurangan.Kita harus berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal ikhwal duniawi, maka hendaknya juga tidak malu untuk mengerjakan hal-hal sederhana seperti menyapu, mencuci piring, membersihkan lantai/WC, dst. Mengapa? Karena ketika kita terbiasa untuk mengerjakan hal-hal yang sederhana tersebut kiranya kita tak akan malu lagi untuk sungguh hidup membumi atau mendunia dan kita tahu akan aneka macam kebutuhan pokok sehari-hari setiap manusia. Untuk itu memang kita juga harus hidup sederhana untuk memberi kesaksian akan iman kita kepada Sang Penyelamat Dunia yang lahir atau datang dalam kemiskinan atau kesederhanaan luar biasa. Sore/malam ini kita semua merayakan pergantian tahun, dari tahun 2010 ke 2011, maka kami harapkan merayakan secara sederhana saja, tidak berfoya-foya. Semoga dengan pergantian tahun kita juga berani berubah terus menerus agar semakin layak menjadi `anak-anak Allah', orang-orang yang selalu melaksanakan kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari.
  "Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir" (1Yoh 2:18). "Antikristus" berarti orang yang tidak beriman kepada Yesus Kristus dan sering mengganggu atau mengacau hidup orang yang beriman kepada Yesus Kristus, antara lain orang atau kelompok yang fanatik, yang mempersulit pembangunan tempat ibadat. Aneh dan nyata: izin untuk mendirikan ruko, losmen atau hotel begitu mudah, padahal bangunan tersebut sering disalah-gunakan untuk makziat atau pelacuran, sedangkan membangun tempat ibadat dipersulit. Maka baiklah kita tidak terkejut jika untuk membangun tempat ibadat atau beribadat sering harus menghadapi aneka tantangan, mengingat dan memeperhatikan kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia pun menghadapi tantangan dari saudara-saudari- Nya di Betlekem; mereka menolak dan tidak bersedia memberi penginapan kepada Maria yang akan melahirkan Penyelamat Dunia. Kedatangan Penyelamat Dunia mengarah ke akhir hidupNya di puncak kayu salib artinya kelahiranNya telah mengalami penderitaan. Dengan kata lain hendaknya tidak marah atau menggerutu ketika kita menghadapi aneka tantangan dan masalah dalam rangka merayakan atau mewujudkan iman kita kepada Sang Penyelamat Dunia, Yesus Kristus. Memang untuk memperjuangkan dan menghayati kebenaran sejati tak akan terlepas dari aneka tantangan, masalah dan hambatan, namun demikian percayalah bahwa kebenaran pasti akan menang atas dusta dan kebohongan, kesederhanaan akan menang atas keserakahan. Semoga aneka tantangan, masalah dan hambatan menjadi wahana atau jalan bagi kita semua untuk semakin memperdalam dan meneguhkan iman kita.

"Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya " (Mzm 96:11-13)
Jakarta, 31 Desember 2010


Sumber: i_sumarya@yahoo.com

Umat Stasi Kelapa Lima Tanam Pohon di Taman Doa Oebelo

SEBANYAK 35 orang umat Katolik laki-laki dan perempuan dari Stasi St. Antonius Kelapa Lima, Kota Kupang menanam berbagai jenis anakan pohon di taman doa Yesus dan Maria Oebelo, Kecamatan Kupang Timur, Kamis (30/12/2010).

Ketua Panitia Penanaman, Drs. Gabriel Niron, yang memimpin rombongan tersebut, mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu program Panitia Natal 2010 Stasi St.Antonius Kelapa Lima.

Dalam program ini, kata kader konservasi Propinsi NTT ini, panitia bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Propinsi NTT. Dinas ini menyediakan anakan pohon yang ditanam umat Stasi Kelapa Lima.

Menurut Gabriel Niron, Dinas Kehutanan menyediakan 1.000 anakan pohon. Namun, kemarin umat Stasi Kelapa Lima baru menanam 400 pohon. Anakan itu di antaranya nangka, jati putih, mahoni, angsono dan gamalina.

Seperti disaksikan Pos Kupang, anakan pohon itu diangkut dengan mobil pick up ke lokasi. Pengangkutan dikoordinir oleh Benediktus Poa dan Romensius Hale. Sampai di lokasi, mereka bersama-sama menggali lubang dan menanam anakan pohonitu.

Tanaman-tanaman itu ditanam di punggung bukit taman doa. Punggung bukit itu terdiri dari padang rumput. Di sepanjang punggung bukti itu sudah dibangun jalan berliku-liku munuju puncak bukit. Di beberapa sudut jalan sudah berdiri bangunan berbentuk payung.

Menurut Bene Poa, tanggung jawab umat Stasi Kelapa Lima terhadap tanaman-tanaman itu tidak sebatas menanam, tetapi juga dilanjutkan dengan perawatan sampai pohon-pohon itu dinyatakan hidup.

"Pengalaman saya bekerja dengan orang Dinas Kehutanan, pohon-pohon yang ditanam baru betul-betul hidup setelah dua tahun. Teorinya seperti itu," kata Bene Poa.

Umat yang hadir berharap pohon-pohon itu bisa hidup sampai berbuah, sehingga nantinya bukit itu tidak lagi berupa padang, melainkan hutan yang lebat. Para peziarah pun boleh menikmati buah-buahnya. (ati) 




Keterangan Foto:
DI TAMAN DOA
-- Umat Katolik Stasi St. Antonius Kelapa Lima foto bersama di taman doa Yesus dan Maria Oebelo usai menanam anakan pohon, Kamis (30/12/2010).
 
Foto: AGUS SAPE

Sabtu, 11 Desember 2010

Usaha Mewujudkan Mimpi dalam Hidup

ADA seorang pemuda yang bermimpi menjadi seorang pemimpin sebuah desa. Ia ingin menjadi seorang pemimpin yang murah hati. Ia ingin memimpin rakyatnya dengan mengandalkan cinta kasih. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpinya itu.

Hal pertama yang ia lakukan adalah ia belajar menjadi orang yang murah hati. Apa yang dia miliki dia bagikan kepada penduduk di desanya yang membutuhkannya. Lantas ia mengunjungi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal itu ia lakukan bukan untuk mencari dukungan dari mereka dalam pemilihan kepala desa. Ia lakukan semata-mata untuk mengumpulkan data-data tentang penduduk di desanya itu.

Setelah beberapa tahun, ia pun terpilih menjadi kepala desa di desanya. Hal itu ia terima dengan tulus hati. Hal pertama yang ia kerjakan adalah ia mengumpulkan orang-orang yang dapat membantunya untuk mewujudkan keinginannya. Namun orang-orang itu tidak begitu setuju dengan padangan-pandangannya. Ia mendapatkan pertentangan dari mereka. Akibatnya, ia kehilangan kawan untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat di desanya.

Namun pemuda itu tidak hilang akal. Dengan kemampuan dan tenaga yang dimiliki, ia mulai membangun desanya. Ia melibatkan seluruh masyarakat di desanya. Ia memberikan pengarahan kepada mereka agar mereka mau bahu-membahu dalam memajukan desa mereka. Langkah ini ternyata cukup efektif. Ia tidak hanya bermimpi. Di akhir masa pemerintahannya, desa itu tampak sejahtera. Ada sarana-sarana publik yang dapat digunakan untuk membantu kesejahteraan rakyat.

Ketika hendak dipilih lagi untuk menjadi kepala desa, pemuda lajang itu menolak. Ia bermimpi untuk menjadi pemimpin yang lebih tinggi lagi, yaitu camat. Ia ingin membantu semakin banyak orang untuk meraih kesejahteraan dalam hidup ini.

Sahabat, kalau orang tidak punya mimpi, ia tidak punya banyak kreativitas. Ia adalah orang yang stagnan. Tidak bisa berkembang. Tidak bisa maju. Namun bermimpi saja belum cukup. Orang mesti mewujudkan mimpinya itu dalam kenyataan hidupnya. Mimpi sekedar mimpi bagai tong kosong yang nyaring bunyinya.

Karena itu, orang yang bermimpi itu mesti mempersenjatai dirinya dengan ketrampilan-ketrampilan dan keahlian-keahlian. Dua hal ini menjadi sarana untuk memperlancar perwujudan mimpinya. Yang dibutuhkan adalah orang berani menerjang aral yang melintang untuk mewujudkan mimpinya itu. Orang tidak bisa hanya membiarkan mimpinya berlalu begitu saja.

Orang beriman akan mewujudkan mimpinya itu dengan bantuan dari Tuhan. Ia membuka hatinya, agar Tuhan terlibat dalam kehidupannya. Ia membiarkan dirinya dituntun oleh Tuhan yang mahapengasih dan penyayang. Dengan demikian, perjuangannya untuk mewujudkan mimpinya itu sungguh-sungguh memiliki makna yang lebih mendalam.

Karena itu, usaha terus-menerus untuk mewujudkan mimpi atau cita-cita itu mesti juga dikuatkan oleh konsistensi dalam hidup. Orang yang konsisten itu orang yang bekerja tidak setengah-setengah. Orang seperti ini selalu memberi prioritas utama dalam memadukan mimpi dan perwujudan mimpi itu dalam hidup yang nyata. Tuhan memberkati. (Frans de Sales, SCJ)

Minggu Adven III: Yes 35:1-6a.10; Yak 5:7-10; Mat 11:2-11

"Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?"

Kedatangan seorang tokoh besar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara maupun beragama pada umumnya sungguh ditunggu-tunggu oleh banyak orang, seperti kedatangan presiden Amerika Serikat, Barack Obama, bulan lalu yang sempat tertunda-tunda akhirnya datang, meskipun tidak lebih dari 24 jam atau satu hari. Apa yang akan dikatakan dan dilakukan oleh Barack Obama jika datang di Indonesia sangat ditunggu-tunggu, apalagi oleh rekannya di masa kecil maupun mantan gurunya. Apa yang dikatakan dan dilakukan oleh seorang tokoh besar pada umumnya mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak pada pendengarnya.

Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal kedatangan Penyelamat Dunia, antara lain Yohanes Pembaptis, yang berada di penjara mengutus murid-muridnya untuk menanyakan apakah orang yang telah banyak berbuat baik bagi banyak orang, sehingga cukup banyak orang terpesona dan tertarik, adalah Penyelamat Dunia yang dinantikan?

"Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Mat 11: 3).

Menanggapi pertanyaan ini, Yesus pun menjawab dengan ajakan mereka melihat dan mendengarkan apa yang Ia kerjakan dan katakan, maka baiklah saya mengajak Anda sekalian untuk melihat dan mendengarkan apa yang akan dikerjakan dan dikatakan oleh Penyelamat Dunia, yang kita nantikan kedatangan-Nya. Marilah kita renungkan atau refleksikan.

"Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik."
(Mat 11:5)

Sang Penyelamat Dunia, yang kita tunggu-tunggu kedatanganNya antara lain akan membuka mata orang buta, membuat orang lumpuh berjalan, menyembuhkan orang sakit, membuka telinga orang agar dapat mendengarkan dengan baik, membangkitkan yang mati dan memberikan apa yang baik bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Alangkah baik dan indahnya jika yang menantikan kedatanganNya pada saat ini juga melakukan apa yang akan dilakukan oleh Penyelamat Dunia, maka marilah kita mawas diri sejauh mana kita telah melakukannya dan jika telah melakukannya marilah kita perdalam atau tingkatkan:

  Membuka mata orang buta. Apa yang dimaksudkan dengan `buta' disini kiranya tidak hanya secara phisik, namun lebih-lebih atau terutama secara spiritual. Buta secara spiritual yang kami maksudkan adalah orang yang bersikap mental materialistis atau duniawi, yang gila akan harta benda/uang, jabatan/kedudukan/pangkat dan kehormatan duniawi. Mereka hanya berorientasi pada apa yang kelihatan dan tidak percaya kepada apa yang tak dapat dilihat dengan mata phisik ini.

Baiklah mereka yang bersikap mental materialisitis atau duniawi ini kita ingatkan dan ajak untuk mengimani atau menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup sehari-hari dalam semua ciptaanNya di bumi ini, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Kita ingatkan ajak untuk menghayati bahwa hidup serta segala sesuatu yang kita miliki, kuasai atau nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, dan tanpa Tuhan kita tidak dapat hidup, tumbuh-berkembang sebagaimana adanya saat ini.

  Membuat orang lumpuh berjalan. Marilah `lumpuh' disini juga kita fahami secara spiritual, yang antara lain berarti orang yang `mandheg/berhenti di tempat' alias bersikap mental `quitter', tidak sampai `camper' apalagi `climber'. Kita ajak dan dorong mereka untuk berusaha bersikap mental `ongoing education/formation', belajar sepanjang hayat. Untuk itu berarti orang harus memiliki sikap terbuka terhadap aneka kesempatan dan kemungkinan untuk tumbuh berkembang terus menerus sampai mati.

  Menyembuhkan orang sakit. Marilah kita fahami `sakit' disini lebih-lebih sakit hati atau sakit jiwa. Ciri-ciri orang sakit hati pada umumnya memiliki banyak musuh, mudah ngambek, dan tertutup; ia tidak menyadari kelemahan dan kerapuhan dirinya, mudah tersinggung dst..Sedangkan orang sakit jiwa pada umumnya mudah marah-marah dan pada suatu saat ketika tidak kuat marah lagi menjadi sinthing alias gila. Menyembuhkan orang sakit hati dan sakit jiwa antara lain pertama-tama kita ajak untuk menghayati diri sebagai yang lemah, rapuh dan berdosa, dan kemudian mohon kasih pengampunan Tuhan, sehingga ia menjadi orang beriman sejati, yaitu menyadari diri sebagai pendosa yang dipanggil dan diutus oleh Tuhan untuk mewartakan kabar baik.

  Membuka telinga orang tuli. Tuli secara spiritual berarti menutup diri; yang bersangkutan tidak mau tahu atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungan hidupnya, dengan kata lain yang bersangkutan kurang lebih bersifat egois, yang penting dan utama saya selamat, sedangkan orang lain terserah, begitulah sikapnya. Orang yang bersikap mental demikian kita ingatkan dan ajak untuk menyadari dan menghayati bahwa dirinya dapat hidup dan berkembang sebagaimana adanya saat ini tak terlepas dari kebaikan dan kemurahan hati Tuhan melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepadanya. Kiranya yang bersangkutan tak mungkin menghitung berapa orang yang telah berbuat baik kepadanya. Maka kita ajak orang yang bersangkutan untuk terbuka dan dengan rela serta tulus hati berkorban bagi keselamatan atau kebahagiaan sesamanya.

  Membangkitkan yang loyo, frustrasi atau lesu Harapan itulah yang kita tawarkan kepada mereka yang loyo, frustrasi atau lesu, sesuai dengan semangat adven. Kita ingatkan mereka , sekiranya kurang diperhatikan oleh orang lain yang kemudian membuat dirinya frustrasi, loyo atau lesu, bahwa Tuhan tak pernah melupakan ciptaanNya, terutama manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya.

  Membawa kabar baik bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Secara phisik apa yang baik bagi mereka yang miskin dan berkekurangan adalah harta benda atau uang, maka baiklah kepada mereka kita sumbangkan sebagian harta benda atau uang kita. Namun yang cukup sulit adalah membawa kabar baik bagi mereka yang miskin secara spiritual. Orang seperti Gayus, yang memanipulasi pajak, adalah contoh orang yang miskin secara spiritual. Pendekatan secara phisik atau tatap muka mungkin sulit untuk menyadarkan atau menginsyafkan orang seperti Gayus, maka baiklah kita dekati juga secara spiritual, artinya kita doakan. Marilah di masa adven ini kita tingkatkan hidup doa kita.

Melaksanakan hal-hal tersebut di atas kiranya butuh kesabaran, maka baiklah kita renungkan sapaan atau peringatan Yakobus di bawah ini.

"Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! (Yak 5:7-8)

"Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka - Jakarta 1997, hal 24). Kesabaran rasanya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan banyak orang tidak sabar, misalnya di jalanan, muda-mudi yang terjebak pergaualan seks bebas, dst.. Hendaknya kesabaran dibiasakan pada anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dengan teladan konkret dari para orangtua/bapak-ibu.

Berbahagialah orang yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung,TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya" (Mzm 146:7-10)

Jakarta, 12 Desember 2010 (i_sumarya@yahoo.com)

Minggu, 05 Desember 2010

Renungan: Gunakan Yang Dimiliki untuk Kesuksesan



SUATU hari seorang teman saya menunjukkan sebuah karya lukis yang sangat indah. Sebuah pemandangan alam pantai di waktu senja. Matahari sedang tenggelam di balik awan di ufuk barat. Bianglala menyertai kepergian sang mentari ke peraduannya. Suasana memukau mata.

Teman saya itu sangat mengagumi karya tersebut. Namun yang dia kagumi bukan pertama-tama sang mentari yang diiring bianglala yang memukau itu. Yang sungguh-sungguh ia kagumi adalah imajinasi sang pelukis. Ia mampu memadukan imajinasinya dengan realitas alam yang nan megah.

Ia berkata, "Yang membuat saya semakin kagum adalah lukisan ini dibuat dengan kaki. Goresan-goresan halus di atas kanvas ini dilakukan oleh kuas yang dijepit oleh dua jari kaki. Bukan oleh tangan manusia. Luar biasa."

Lukisan itu dibuat oleh seorang yang cacat kedua tangannya. Ia terlahir sebagai manusia normal, kecuali ia tidak punya tangan. Namun ia telah belajar untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya dengan apa yang dimilikinya. Ia menggerakkan seluruh tubuhnya dengan kedua kakinya. Ia mencampur warna-warna dengan kedua kakinya. Ia membawa kanvas ke tepi pantai dan meletakkan di atas pasir-pasir putih dengan kedua kakinya. Lantas imajinasinya mengalir ke kedua kakinya itu. Dari sanalah ia menghasilkan lukisan yang memukau manusia.

Sahabat, banyak orang sering salah berpikir. Banyak orang berpikir bahwa orang hanya dapat hidup dengan normal kalau orang memiliki organ-organ tubuh yang normal. Orang berpikir bahwa orang yang tidak memiliki organ tubuh yang normal akan mengalami rintangan-rintangan dalam hidup.

Tetapi banyak orang yang normal sering salah menggunakan kenormalannya. Ketika mereka merasa tidak bisa melakukan sesuatu, mereka hanya diam membisu. Tidak ada jalan lain bagi mereka. Mereka menjadi tidak aktif. Mereka hanya berharap pada bantuan dari orang lain. Tidak ada kreativitas yang mereka kerjakan.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa cacat bukanlah halangan bagi seseorang untuk meraih sukses dalam hidup ini. Cacat tidak boleh membiarkan orang terpuruk dalam duka nestapanya. Justru orang mesti mencari cara-cara untuk mengatasi keterbatasan dirinya. Orang tidak boleh duduk diam saja tanpa kreativitas.

Karena itu, kalau Anda tidak bisa meraih sesuatu dengan tangan Anda, raihlah dengan kaki Anda. Anda mesti bergerak menuju tujuan yang ingin Anda gapai. Anda tidak boleh duduk sambil meringis meminta bantuan orang lain. Kreatiflah, maka Anda akan dapat meraih cita-cita Anda.

Untuk itu, orang mesti menggunakan seluruh pikirannya, imajinasinya dan semangatnya. Jangan biarkan hal-hal ini tumpul dan tak berguna. Gunakanlah unsur-unsur ini untuk kemajuan diri Anda. Orang beriman mesti memiliki semangat untuk mengembangkan dirinya. Jangan hanya memandang sesuatu dari satu perspektif. Ada banyak sudut pandang yang bisa Anda pakai untuk meraih cita-cita Anda. Tuhan memberkati. (Frans de Sales SCJ )
Diambil dari Mailing List Stola Dulce

Keterangan foto: Matahari terbenam di pantai Tablolong, Kecamatan Kupang Barat.

Foto: Agus Sape

Renungan: Hidup dalam Naungan Kasih Tuhan


SUATU hari seekor ular di kandang di sebuah kebun binatang tidak mau makan. Ia tampak bermalas-malasan. Seekor tikus besar yang dimasukkan ke kandangnya dibiarkannya saja berlarian kian kemari. Ia tidak mau memangsa tikus itu. Bahkan ia menyembunyikan kepalanya di balik badannya. Ia tertidur nyenyak, meskipun sudah sebulan ini ia tidak makan.

Selidik punya selidik, ternyata ular jenis piton itu sedang bersedih hati. Sang betina pujaannya baru saja dipindahkan dari kandangnya. Sudah lama mereka hidup bersama di dalam kandang itu. Mereka sudah menjadi sepasang sejoli yang hidup harmonis. Alasan sang betina dipindahkan ke kandang yang lain adalah sudah bertahun-tahun sang betina tidak juga menghasilkan telur. Padahal pemilik kebun binatang itu menginginkan ular jenis piton itu berkembang biak di dalam kebun binatang miliknya.

Setelah beberapa bulan dipindahkan ke kandang yang lain, sang betina mati. Pasalnya, di tempat yang baru ia tidak bisa hidup dengan ular jantan yang baru dimasukkan ke kandang itu. Tidak ada keharmonisan di antara mereka. Mereka sering bertengkar. Mereka sering berkelahi. Barangkali matinya ular piton betina itu telah menyebabkan ular piton jantan itu tidak mau makan. Ia membiarkan tubuhnya menjadi kurus. Lama kelamaan ia pun mati, menyusul sang betina yang telah lebih dahulu mati.

Sahabat, kegundahan hati karena cinta yang hilang dapat menyebabkan berakhirnya suatu hidup. Orang yang saling mencintai itu orang yang mampu saling meneguhkan. Orang yang saling menimba kekuatan dari cinta itu. Karena itu, ketika salah satu dari mereka mengkhianati cinta, dapat dipastikan bahwa hidup ini berakhir dengan duka. Keharmonisan yang dialami, karena tumbuhnya cinta itu pun berakhir.

Kisah tadi mau mengatakan kepada kita bahwa kerinduan yang begitu dalam untuk tetap bersatu dalam keharmonisan menumbuhkan semangat hidup. Namun ketika situasi seperti ini hilang, maka tumbuhlah kekecewaan demi kekecewaan dalam hidup. Tidak ada lagi pegangan bagi hidup ini. Orang terlepas dari akarnya. Orang tidak punya apa-apa lagi untuk menyandarkan hidupnya.

Orang yang kehilangan cinta itu orang yang menjauhkan dirinya dari Tuhan. Mengapa? Karena pada hakekatnya Tuhan adalah kasih. Tuhan senantiasa mengasihi manusia. Tuhan menghendaki manusia hidup di dalam kasih itu. Ketika manusia menjauh dari kasih Tuhan, manusia kehilangan pegangan hidupnya. Manusia kehilangan tempat untuk menyandarkan hidupnya.

Karena itu, apa yang mesti dibuat oleh orang-orang beriman di jaman yang serba bising dan kacau balau ini? Orang beriman mesti selalu mau hidup dalam naungan kasih Tuhan. Orang beriman mesti menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Dengan demikian, manusia selalu menemukan hidupnya dalam lindungan Tuhan. Orang beriman senantiasa hidup berdasarkan nilai-nilai kasih yang berasal dari Tuhan. Mari kita hidup dalam naungan kasih Tuhan, agar hidup ini semakin memiliki makna bagi diri kita dan sesama. Tuhan memberkati. (Frans de Sales, SCJ)

Diambil dari Mail List Stola Dulce

Sabtu, 04 Desember 2010

Dewan Pastoral Stasi Naimata Periode 2010 - 2013

A. Pelindung: Pastor Paroki St. Yosef Pekerja Penfui

B. Penasehat:
     1. Para ketua DPP
     2. Bapak Mikael Jaur, SE, Msi
     3. Bapak Gabriel Murin
     4. Bapak Yohanes Lakat
      5. Bapak Sirilus Sonbay

C. Badan Pengurus Harian:
     1. Ketua Umum: Pastor Paroki St. Yosef Pekerja Penfui
     2. Ketua I          : Bapak Alex T. Ofong, S. Fil
     3. Ketua II         : Bapak Vitalis Lete
     4. Sekretaris I    : Bapak Silvester Guntur, SH
     5. Sekretaris II   : Bapak Servasius Saptono Budiman
     6. Bendahara     :  Ibu Maria Imelda
     7. Anggota         : Ibu Dominikus Ancis

C. Seksi-seksi
     1. Seksi Liturgi:
         Ketua            : Bapak Agustinus Agun, S. Fil
         Wakil Ketua : Bapak Yohanes Stefanus Make, Sag
         Anggota        : 1. Bapak Leonardus Bria
                                2. Bapak Zakarias Tasey
                                3. Bapak Yohanes Taosu
                                4. Bapak Petrus Pebe (Koster I)
                                5.  Saudara Fidelis Puay (Koster II)
                                6.  Bapak Ignasius Syair
                                7.  Bapak Theodorus Fallo
    
    2. Seksi Musik Liturgi:
        Ketua                 : Saudara Apolonius Anas
        Wakil Ketua      : Saudari Maria R. Sonbay
        Anggota             : 1. Maria Blandina Oba
                                    2. Saudari Katarina Lakat
                                    3. Ibu Florida D. Bria
                                    4. Ibu Benedikta Kefi
                                    5. Bapak Antonis Jehamat
                                    7. Ibu Kornelia W. Hayon Feto
                                    8. Saudari Yuliana Manael
                                    
   3. Seksi Pewartaan dan Bina Iman:
       Ketua                     : Ibu Lusia Tai
       Wakil Ketua          : Ibu Tersiana Agustina Huki
       Anggota                 : 1. Saudari Elisabeth Lete
                                       2. Saudari Margaretha Lakat
                                       3. Bapak Leonardus L. Ritan, S. Fil
                                       4. Bapak Maximus Usfinit
                                       5. Para ketua KUB dan guru agama kapela

   4. Seksi Generasi Muda:
       Ketua                       : Bapak Gaspar Tanjak
       Wakil Ketua            : Saudara Redemptus Lakat
       Anggota                   : 1. Saudari Oda Novreani Lawi
                                         2. Saudari Ida Jaur
                                         3. Saudara Fridolinus Pebe Pemba
                                         4. Saudara Dominikus Taosu
                                         5. Saudari Fransiska Barung
   
   5. Seksi Sosial Ekonomi dan Usaha Dana
       Ketua                        : Bapak Dominikus Ancis
       Wakil Ketua             : Bapak Kasmir Senin
       Anggota                    : 1. Bapak Yonas Nifu
                                          2. Bapak Yulianus Karun
                                          3. Ibu Florianus Jebatu
                                          4. Bapak Maksimus Mendi
                                          5. Bapak Blasius Daduk
                                          6. Bapak Paskalis Banis
                                          7. Bapak Viktor Tpoi
                                          8. Bapak Agustinus Koten

   6. Seksi Pembangunan dan Inventaris Gereja:
        Ketua                        : Bapak Fabianus Lawi
        Wakil Ketua             : Bapak Agustinus Au
        Anggota                    : 1. Bapak Anektus Boys
                                           2. Bapak Bernulfus Bala Henakin
                                           3. Bapak Hanikus Lakat
                                           4. Bapak Ferminggus Sonbay
                                           5. Bapak Bonefasius Tober
                                           6. Saudara Nikodemus Puay
                                           7. Bapak Lorens Leba Tukan
                                           8. Bapak Frans Uli Wea

   7. Seksi Ekumene,  Humas, Dokumentasi dan Perlengkapan
       Ketua                         : Bapak Agustinus Sape, S. Fil
       Wakil Ketua              : Bapak Dominikus Wara Sabon
       Anggota                     : 1. Bapak Geradus Atalo
                                           2. Bapak Wenseslaus Laga
                                           3. Bapak Stefanus Bio
                                           4. Bapak Leonardus Dirman
                                           5. Ibu Imelda Haryanti Serang
                                           6. Bapak Rofinus Boys (Sound System)
                                           7. Bapak Yohanes Vianey Anggal (Sound System)

   8. Seksi Pendidikan
       Ketua                         : Bapak Krispianus Pati
       Wakil Ketua              : Ibu Abiyati Isu
       Anggota                     : 1. Ibu Kristina Surat
                                            2. Bapak Gregorius Emil Karmin
                                            3. Bapak Aloysius Lando
                                            4. Ibu Roberta Hoar
                                            5. Ibu Gemagalgani J. Sensi
                                            6. Ibu Rosario Bala Metin

Ditetapkan di Penfui, tanggal 9 Oktober 2010
Pastor Paroki St. Yosef Pekerja Penfui,


RD Florens Maxi Un Bria, Pr  

Keteranga foto:


ANGKAT SUMPAH -- Badan Pengurus Dewan Pastoral Stasi St. Fransiskus Xaverius Naimata sedang mengangkat sumpah ketika dilantik Pastor Paroki St. Yosef Pekerja Penfui, Oktober 2010.

Foto: agus sape

Sejarah Singkat Stasi St. Fransiskus Xaverius Naimata



Tahun 1946: Iman Katolik mulai bertumbuh di Kampung Naimata. Berawal dari satu kepala keluarga (dua orang), perlahan-lahan bertumbuh dan berkembang menjadi tujuh orang sebagai cikal-bakal berdirinya Gereja sebagai Umat Allah di Kampung Naimata ini.

Ketika itulah Gereja sebagai gedung, tempat merayakan iman pun mulai didirikan. Tepatnya bulan November 1946. Bermula dengan menggunakan rumah milik umat sebagai gereja.

Tahun 1947: Didorong oleh kesadaran iman umat, mulailah digagas untuk mendirikan gereja sendiri. Gagasan sadar itu berbuah berdirinya sebuah gedung gereja sederhana berdinding dan beratap daun.

Perlahan tapi pasti, seiring perjalanan waktu, searas dengan makin berkobarnya iman umat, diperbaikilah gedung seadanya itu menjadi gedung gereja semi permanen setengah tembok, beratap daun. Persisnya, pada tahun 1949. Dengan gedung gereja demikian, umat merayakan imamatnya selama kurang lebih 18 tahun.

Tahun 1967: Dibangun gedung gereja permanen, tembok dan beratap seng sebagaimana tampak sekarang. Sempat mengalami pemugaran sedikit, tanpa mengubah bentuk pada tahun 1997, gedung gereja ini nyaris terlupakan, setelah pusat paroki, Paroki St. Yosef Pekerja,  dipindahkan ke Penfui.

Gedung gereja St. Fransiskus Xaverius ini, di balik keterbelakangannya, memiliki nilai historis, nilai sejarah sebagai salah satu gedung gereja tertua di Kota Kupang. Karena itu, mulai tahun 2007, digagas pembangunan gedung gereja stasi yang representatif dan layak. Tahun 2008, gagasan tersebut mulai direalisasi, dimulai dengan pembangunan fondasi, lalu sempat terhenti karena keterbatasan sumber daya.

Tahun 2010: Oktober, mulai digagas lagi kelanjutan pembangunan gereja baru. Rabu (17/11/2010), gagasan kelanjutan pembangunan diwujudkan melalui pencanangan tiang pertama yang dimaknai sebagai gerakan membangun kebersamaan. Hanya melalui kebersamaan, pembangunan dapat dilanjutkan dan diselesaikan.

Alhasil, semangat kebersamaan yang terjalin melalui gerakan ini mendorong seluruh umat, bahu- membahu mendirikan bukan hanya satu tiang, tetapi 10 tiang. Tepatnya, Minggu 28 November 2010, umat Stasi Namata bersama-sama menyelesaikan pembangunan 10 tiang utama gedung gereja.*

Sumber: Dewan Pastoral Stasi Naimata

Kamis, 02 Desember 2010

Cor Tiang Perdana, Pengerjaan Kapela Naimata Dilanjutkan

UMAT Katolik St. Santo Fransiskus Xaverius Naimata, Paroki St. Yosef Pekerja Penfui-Kupang sepakat untuk melanjutkan pembangunan kapela baru menggantikan kapela lama yang kini sudah lapuk. Kelanjutan tersebut ditandai dengan pencanangan pembangunan tiang perdana kapela tersebut oleh Pastor Paroki St. Yosef Pekerja Penfui, Romo Florens Maxi Un Bria, Pr, Rabu (17/11/2010).

Pencanangan disaksikan Ketua Dewan Pastoral Stasi (DPS) St. Fransiskus Xaverius Naimata, Alex T. Ofong, S. Fil, Sekretaris DPS, Silvester Guntur dan jajaran pengurus DPS, para ketua KUB, para sesepuh dan tokoh adat setempat serta segenap umat Katolik Naimata.

Sebelum pencanangan, dilakukan ibadat singkat di halaman kapela yang dipimpin Romo Maxi Un Bria dan diikuti segenap umat. Umat memohon berkat dari Tuhan agar merestui pembangunan kapela ini dengan memberkatinya dan membantu pengurus stasi dan panitia pembangunan demi kelancaran pembanguan kapela tersebut.

Pada kesempatan itu Pastor Paroki memberikan dukungan kepada pengurus DPS dan segenap umat Naimata atas semangatnya untuk melanjutkan pembangunan kapela tersebut. Dia mendorong umat untuk menyisihkan sedikit dari penghasilannya untuk membantu pembangunan gereja tersebut. Hanya dengan demikian, katanya, kapela tersebut bisa dibangun sampai selesai.

Pembangunan kapela tersebut mengandalkan swadaya umat melalui program GESER (Gerakan Seribu Rupiah) dan GESUR (gerakan sukarela). Meski demikian, umat juga tetap mengharapkan uluran tangan dari sama saudara yang tergerak hatinya untuk membantu pembangunan gereja tersebut dengan memberikan bantuan uang ataupun bahan-bahan bangunan.

Romo Maxi mengatakan, sebesar 85 persen dari dana GESER yang dikumpulkan umat setiap hari akan digunakan untuk membiayai pembangunan kapela tersebut. Sedangkan 15 persennya akan diserahkan ke paroki sebagai wujud kesatuan dalam satu paroki dan gereja universal.

Sehari sebelumnya, Selasa (16/11/2010), diadakan upacara adat berupa pemotongan seekor kambing yang menandai dilanjutkannya pembangunan kapela tersebut. Upacara adat didahului dengan doa dan pemasangan lilin di kuburan para pendahulu stasi, yang terletak di halaman belakang kapela. Selanjutnya, Yosef Lakat, tokoh adat setempat yang memimpin upacara tersebut, menguncapkan kata-kata adat lalu menyembelih seekor kambing merah. Darah dari leher kambing tersebut dialirkan ke dalam lubang di mana tiang perdana akan dicor.

Upacara adat tersebut juga dihadiri umat Protestan yang bermukim di sekitar kapela tersebut. Kehadiran mereka merupakan wujud dukungan terhadap pembangunan kapela dan kehadiran umat Katolik di stasi tersebut. Kehadiran mereka sekaligus wujud hubungan ekumenis umat Katolik setempat dengan umat dari gereja-gereja Protestan.

Ketua DPS Naimata, Alex T. Ofong, S. Fil mengatakan, darah hewan sudah ditumpahkan. Dalam adat apa pun. darah melambang perjanjian. Demikian pula pada hari itu, umat Naimata telah mengurbankan kambing sebagai suatu perjanjian untuk melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan kapela tersebut.

Oleh karena itu, Ofong mengajak umat sekalian untuk tidak boleh mundur lagi dalam membangun kapela tersebut. Ofong mengajak umat sekalian untuk bergotong royong, bahu-membahu membangun kapela tersebut. Dia yakin dalam kebersamaan, beban apa pun bisa diselesaikan dengan baik. 

Sangat Antusias
Kerinduan umat Stasi St. Fansiskus Xaverius Naimata untuk memiliki sebuah kapela baru yang lebih besar dan layak ternyata sangat tinggi. Hal ini setidak-tidaknya terlihat pada hari pencanangan tiang pertama kapela tersebut, Rabu (17/11/2010). Segenap umat Naimata, tua muda, perempuan-laki-laki hadir di halaman kapela tersebut.

Mereka siap memberikan apa yang ada padanya, baik berupa tenaga, pikiran, keterampilan, uang dan material, untuk menyukseskan pembangunan kapela tersebut.Tukang-tukang dari antara umat menyumbangkan keterampilannya untuk mengerjakan tiang tersebut. Yang lainnya mendatangkan semen, pasir dan kayu, ember dan sekop. Umat lain, khususnya kaum ibu, sibuk menyiapkan makanan untuk dihidangkan kepada umat yang hadir.

Demikianlah pada hari itu, tiang perdana yang dianggarkan dengan biaya Rp 3,5 juta langsung selesai dicor. Nyaris tanpa biaya dari panitia. Usai pengecoran, seluruh umat berkumpul di bawah tenda di depan kapela untuk menikmati makan siang bersama. Dalam kebersamaan menu makanan yang tampaknya biasa-biasa saja terasa nikmat dan memuaskan.

Umat tampaknya tidak mau langsung bubar. Setelah kenyang dengan makan siang, mereka masih boleh menikmati suguhan acara tarian dari anak-anak Sekami Stasi Naimata. Panitia juga berinisiatif mengadakan lelang ayam dan padi yang disumbangkan oleh umat setempat. Tidak sia-sia, dari antara umat yang hadir ada yang spontan memberikan sumbangan.

Misalnya, Aleks Leda yang diketahui sebagai salah satu pejabat di Dinas PU Propinsi NTT, mengambil satu ekor ayam jantan dengan 100 sak semen. Umat lainnya lagi mengambil padi. Bahkan Emil Karmin yang kalah bersaing dalam lelang tetap mau memberikan uangnya sebesar Rp 500 ribu untuk pembangunan kapela tersebut. (agus sape)

Keterangan foto:


TIANG PERDANA-- Umat Katolik Naimata bergotong royong mengecor tiang perdana kapela Naimata, Rabu (17/11/2010).

foto: Agus Sape

Kelompok Nekmese-Benlutu: Memacu Ekonomi dengan Ternak Babi

WAJAH Yulius Mbawo tampak cerah ketika berdiri di tepi kandang babi miliknya di Benlutu, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Sabtu (27/11/2010) petang.

Dengan bangga ia memperlihatkan babi dalam kandang itu kepada pengunjung. Bagaimana tidak bangga? Sebanyak tujuh ekor anak babi montok berusia sekitar 10 hari sedang berpacu menetek pada induknya yang pasrah.

Kemudian satu persatu mereka melepas tetek lalu tidur sambil menyandarkan moncongnya pada tetek sang induk. Yang lain lagi beranjak untuk bermain sambil berjalan bolak-balik di sekujur tubuh sang induk yang tidur menyamping. Gerakan mereka yang lincah seolah-olah mau menunjukkan kepada tuannya bahwa mereka sehat dan senang-senang saja.

Anak  dari induk ini sebenarnya bukan hanya tujuh ekor, melainkan 12 ekor. Yulius sengaja memisahkan lima ekor lainnya lalu diletakkan dalam sebuah boks supaya mereka tidak berebutan ketika menetek. Setelah tujuh yang lain puas menetek, barulah  mereka dikeluarkan dari boks dan dimasukkan ke dalam kandang untuk menetek pada sang induk.

Kandang ini berukuran sekitar 3 X 1,2 X 1,5 meter. Atapnya dari seng. Di tengah kandang dibangun sekat yang membagi kandang itu menjadi dua ruangan. Ruangan yang satu sedang ditempati seekor induk lainnya sendirian. Induk itu sudah pernah sekali beranak. Jumlahnya lima ekor. Semuanya sudah terjual dengan harga Rp 2.500.000. Satu ekor Rp 500.000 untuk pasaran Benlutu. Uangnya langsung disimpan di koperasi.

Bukan hanya Yulius yang memiliki babi seperti ini. Yulius cuma salah satu dari 16 anggota kelompok Nekmese di desa itu, yang memelihara babi yang sama. Babi itu mereka dapatkan sebagai bantuan dari PSE/Delsos Keuskupan Agung Kupang pada bulan Mei 2009.

Menurut Ketua PSE/Delsos Keuskupan Agung Kupang, Drs. Kanisius Kusi, bantuan ini sebenarnya berasal dari Gubernur NTT untuk agama-agama, termasuk untuk Keuskupan Agung Kupang. Keuskupan Agung Kupang melalui PSE kemudian menggunakan dana tersebut untuk membantu pengembangan ekonomi umat melalui usaha ternak babi.

Kelompok Nekmese Benlutu terpilih sebagai salah satu kelompok yang menerima bantuan itu. PSE bekerja sama dengan Dinas Peternakan Propinsi NTT untuk menyediakan anak babi. Sedangkan PSE terutama bertindak sebagai pendamping.

Menurut Yulius, pada awalnya mereka mendapat bantuan 32 ekor anak babi. Babi-babi itu dibagikan kepada 16 kepala keluarga (KK) anggota kelompok Nekmese. Setiap KK mendapat dua ekor.

Namun, setelah berada di tangan anggota, lima ekor mati, sisa 27 ekor, yaitu 25 ekor betina, dua ekor jantan.

"Saya pikir kematian dalam jumlah seperti itu masih wajar, apalagi kami baru memulai usaha ini," kata Yulius. Menurut dia, usaha ternak babi saat ini berubah drastis dari kebiasaan mereka sebelumnya. Kalau biasanya mereka memelihara babi lepas- lepas saja, maka kali ini mereka harus memberi perhatian tinggi, menyediakan kandang, pakan yang bagus dan obat-obatan khusus. Mereka dituntut untuk telaten.

Akibat dari perubahan ini, dari 25 ekor babi induk yang hidup, baru tujuh induk yang sudah beranak dan tiga ekor sedang bunting. Banyak dari mereka masih bingung mengenali tanda- tanda birahi dan cara mengawinkan babinya.

Namun, mereka bertekad agar babi yang mereka pelihara bisa menghasilkan dan berkembang biak. Mereka terus memperhatikan dan bertanya kepada anggota yang babinya sudah bunting dan beranak. Begitu pun menyangkut pakan.

Yulius mengatakan, meskipun masih menghadapi banyak hambatan, mereka pun mendapatkan pengalaman berarti selama memelihara babi-babi ini. Pengalaman itu membuat mereka semakin bergairah untuk beternak babi.

Misalnya, supaya babi bisa bunting dan beranak maksimal, kawinnya jangan hanya sekali. Kalau perkawinan dilakukan pagi hari, maka pada sore hari sebaiknya dikawinkan lagi, sehingga pembuahan semakin banyak. Dengan demikian, babi bisa beranak sampai 12 ekor bahkan lebih.

Mereka pun sudah bisa mengolah pakan sendiri dari bahan lokal. Menurut Yulius, pada awalnya mereka memberikan ransum kepada babi. Tetapi lama-kelamaan mereka mengolah makanan lokal untuk babi. Mereka pun menemukan ternyata biji asam sangat baik sebagai pakan babi.

Menurut Kanisius Kusi, para anggota yang mendapat bantuan babi diberi tanggung jawab untuk mengembangbiakkan babi yang diterimanya. Kalau sudah berkembang, anggota tersebut berkewajiban menggulirkan sebanyak dua anak babi kepada anggota yang belum mendapat bantuan.

Selebihnya sudah menjadi milik dan hak anggota tersebut. Mereka bisa mengembangbiakkannya lagi atau menjualnya. Hasilnya menjadi milik mereka sendiri, tetapi harus disimpan di koperasi milik mereka sendiri di desa itu.

Kapan pun uang itu bisa mereka ambil dari koperasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti membangun rumah atau menyekolahkan anak. Dengan cara itulah Keuskupan Agung Kupang (KAK), dalam hal ini PSE/Delsos (Pengembangan Sosial Ekonomi/Delegasi Sosial), membantu meningkatkan ekonomi umat Allah. (agus sape)

Keterangan Foto:
ANAK BABI -- Sejumlah anak babi sedang menetek pada induknya.

Gereja Paroki Penfui Dirubuhkan

BANGUNAN gereja Paroki St. Yosef Pekerja Penfui-Kupang segera dirubuhkan. Sebagai gantinya, sedang dibangun sebuah gereja baru dengan ukuran yang lebih besar di lokasi yang sama.

Pembongkaran gereja lama ditandai dengan pemindahan Sakramen Maha Kudus dan barang-barang kudus lainnya keluar dari gereja tersebut, usai misa kedua, Minggu (31/10/2010), sekitar pukul 09.30 wita. Barang-barang tersebut ditakhtakan sementara di sebuah ruangan di pastoran.

Pemindahan berlangsung dalam sebuah prosesi kecil yang dipimpin Pastor Paroki St.Yosef Pekerja Penfui, Romo Florens Maxi Un Bria, Pr, didampingi Romo Dominikus Faot, Pr.

Banyak di antara umat yang mengikuti misa kedua, termasuk Romo Maxi, meneteskan air mati. Mereka sedih mengenang gereja tersebut. Betapa tidak, selama bertahun-tahun umat telah menjadikan gereja tersebut sebagai tempat berdoa dan merayakan ekaristi dan sakramen-sakramen lainnya. Mereka telah merasakan hubungan yang akrab dengan Tuhan dan sesama umat di tempat itu.

Dewan Pastoral Paroki Penfui dan seluruh umat sudah sepakat untuk membangun gereja baru yang lebih besar di lokasi tersebut, karena gereja lama tidak bisa menampung lagi umat yang jumlahnya terus meningkat di paroki tersebut.

Pembangunan gereja baru sudah dimulai. Saat ini tiang-tiang luarnya sudah berdiri. Besi-besi rangka sudah tersedia di halaman gereja. Setelah gereja lama dirubuhkan, pembangunan gereja baru dilanjutkan.

Seluruh pembangunan gereja tersebut mengandalkan swadaya umat. Berkaitan dengan itu, pastor paroki setempat sedang menggalakkan program "GESER" (Gerakan Seribu Rupiah). Setiap umat di paroki tersebut diminta untuk menyisihkan seribu rupiah setiap hari untuk gereja.

Dalam berbagai kesempatan, Romo Maxi mengatakan, semangat dasar dari program ini bukan uang, melainkan pembentukan karakter, yakni kebiasaan untuk memberi. Kalau program ini jalan, maka uang yang terkumpul akan digunakan untuk membangun gereja dan kapela-kapela di paroki tersebut.

Menurut jadwal, paling lambat tanggal 5 November 2010, seluruh bangunan gereja lama sudah dirubuhkan. Sambil menunggu selesainya gereja baru, umat menggunakan gereja darurat di halaman SDK St. Arnoldus Penfui, yang akan mulai dibangun Senin (1/11/2010). (agus sape)


Keterangan foto:

PINDAHKAN SAKRAMEN -- Umat menyaksikan prosesi pemindahan Sakramen Maha Kudus dari Gereja Paroki Penfui ke Pastoran, Minggu (31/10/2010).

POS KUPANG/AGUS SAPE

Tak Ada Konflik Agama

APA yang selama ini disebut sebagai konflik antaragama sebenarnya tidak ada. Yang terjadi adalah, agama dan umat beragama diboncengi oleh pihak tertentu untuk mencapai kepentingan etnik, ekonomi, politik dan kekuasaan.

Demikian salah satu poin penting yang mengemuka dalam Konferensi Internasional Para Jurnalis dengan tema, Dialog Antaragama untuk Kesejahteraan (Interreligious Dialogue for Prosperity/Disaster Handling), di Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Rabu (10/11/2010).

Konferensi ini diikuti sekitar 50 wartawan dari Aceh, Lampung, Pontianak, Makassar, Manado, Kupang, Palangka Raya, Banjarmasin dan Jakarta. Hadir pula Joseph Chatilapilly, Sekretaris Jenderal UCIP (Union Catholique Internationale de la Presse) yang berpusat di Jenewa-Swiss serta utusan dari kedubes negara-negara sahabat di Jakarta.

Sedangkan pembicara adalah Pater Emillio Platti OP (Profesor Islamologi dari Cairo, Mesir), Albertus Patty (PGI), Pater Jean Jacques OP (Sekretaris Jenderal IDEO/Dominican Institute for Oriental Study-Cairo), Salahuddin Wahid (tokoh pluralisme dari NU), Nathan Setiabudi (tokoh pluralisme dari gereja Protestan), Franz-Joseph Eilers SVD (ahli komunikasi, mantan Sekretaris Komsos Federation of Asian Bishop Conference) dan Zuhairi Masrawi (Ketua Masyarakat Muslim Moderat)

Seminar ini diawali dengan menyanyikan bersama lagu Imagine yang isinya mengimpikan sebuah dunia yang damai tanpa konflik, tetapi juga seolah-olah menuding agama sebagai biang konflik.

Seolah ingin membantah lagu tersebut, Emilio Platti mengawali pembicaraannya dengan mengatakan bahwa Islam bukan sekadar kegiatan ke masjid untuk berdoa (worship). Islam memiliki kontribusi yang nyataterhadap perdamaian dan kesejahteraan dunia, sebagaimana juga agama Kristen.

Sementara Albertus Patty merujuk pada munculnya berbagai macam denominasi di lingkungan gereja Protestan. Hal itu, katanya, bukan semata-mata karena perbedaan pandangan teologis, tetapi lebih karena sentimen etnik, kekuasaan dan uang.

Dia menekankan pentingnya dialog. Namun dialog itu tidak cukup hanya antarumat beragama, tetapi juga dengan kelompok- kelompok tidak beragama. Dia mengakui toleransi di Indonesia mengalami kemajuan. Salah satu tandanya, semua elemen sama- sama menolak teroris. Hal yang sama dikemukakan Zuhairi Misrawi.

Salahuddin Wahid meriwayatkan beberapa konflik antarnegara yang bernuansa konflik agama, padahal sebenarnya itu bermotif ekonomi, misalnya konflik Afghanistan dengan Uni Sovyet, serangan WTC pada 11 September 2001, konflik Israel- Palestina, dan konflik bernuansa agama antara India dan Pakistan.

Konferensi ini diselenggarakan oleh Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI), Putut Prabantoro & Associated Public Relation Consulting, Kaukus Wartawan Indonesia (Kawan) dan UCIP bekerja sama dengan Sriwijaya Air dan Bank Mandiri.

Putut Prabantara selaku ketua penyelenggara kegiatan dalam sambutannya mengatakan, konferensi ini bertujuan mendukung para pembuat damai, aktivis gerakan tanpa kekerasan, wartawan persahabatan untuk melanjutkan tugas, mimpi dan profesinya untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup, bertumbuh, bekerja dan menghormati satu sama lain.

"Kita tahu masa depan suatu bangsa juga tergantung bagaimana pekerja media bisa memberikan sumbangan terhadap perdamaian," kata Prabantara.

Konferensi ini berlangsung bersamaan dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, di Indonesia. Obama memuji toleransi  di Indonesia meskipun warganya terdiri dari berbagai berbagai suku, agama dan golongan.

Dia menegaskan bahwa Amerika tidak membenci Islam.Namun, ia mengajak semua pihak, termasuk Islam, untuk bersama-sama memerangi terorisme dan Al Qaedah. (agus sape)

Keterangan foto:

BERI PENDAPAT -- Seorang peserta dari Kedubes Jerman untuk Indonesia sedang memberikan pendapat tentang dialog antaragama dalam Konferensi Internasional Jurnalis tentang Dialog Antaragama di Museum Indonesia, TMII Jakarta, Rabu (10/11/2010).
 

POS KUPANG/AGUS SAPE