Kamis, 02 Desember 2010

Tak Ada Konflik Agama

APA yang selama ini disebut sebagai konflik antaragama sebenarnya tidak ada. Yang terjadi adalah, agama dan umat beragama diboncengi oleh pihak tertentu untuk mencapai kepentingan etnik, ekonomi, politik dan kekuasaan.

Demikian salah satu poin penting yang mengemuka dalam Konferensi Internasional Para Jurnalis dengan tema, Dialog Antaragama untuk Kesejahteraan (Interreligious Dialogue for Prosperity/Disaster Handling), di Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Rabu (10/11/2010).

Konferensi ini diikuti sekitar 50 wartawan dari Aceh, Lampung, Pontianak, Makassar, Manado, Kupang, Palangka Raya, Banjarmasin dan Jakarta. Hadir pula Joseph Chatilapilly, Sekretaris Jenderal UCIP (Union Catholique Internationale de la Presse) yang berpusat di Jenewa-Swiss serta utusan dari kedubes negara-negara sahabat di Jakarta.

Sedangkan pembicara adalah Pater Emillio Platti OP (Profesor Islamologi dari Cairo, Mesir), Albertus Patty (PGI), Pater Jean Jacques OP (Sekretaris Jenderal IDEO/Dominican Institute for Oriental Study-Cairo), Salahuddin Wahid (tokoh pluralisme dari NU), Nathan Setiabudi (tokoh pluralisme dari gereja Protestan), Franz-Joseph Eilers SVD (ahli komunikasi, mantan Sekretaris Komsos Federation of Asian Bishop Conference) dan Zuhairi Masrawi (Ketua Masyarakat Muslim Moderat)

Seminar ini diawali dengan menyanyikan bersama lagu Imagine yang isinya mengimpikan sebuah dunia yang damai tanpa konflik, tetapi juga seolah-olah menuding agama sebagai biang konflik.

Seolah ingin membantah lagu tersebut, Emilio Platti mengawali pembicaraannya dengan mengatakan bahwa Islam bukan sekadar kegiatan ke masjid untuk berdoa (worship). Islam memiliki kontribusi yang nyataterhadap perdamaian dan kesejahteraan dunia, sebagaimana juga agama Kristen.

Sementara Albertus Patty merujuk pada munculnya berbagai macam denominasi di lingkungan gereja Protestan. Hal itu, katanya, bukan semata-mata karena perbedaan pandangan teologis, tetapi lebih karena sentimen etnik, kekuasaan dan uang.

Dia menekankan pentingnya dialog. Namun dialog itu tidak cukup hanya antarumat beragama, tetapi juga dengan kelompok- kelompok tidak beragama. Dia mengakui toleransi di Indonesia mengalami kemajuan. Salah satu tandanya, semua elemen sama- sama menolak teroris. Hal yang sama dikemukakan Zuhairi Misrawi.

Salahuddin Wahid meriwayatkan beberapa konflik antarnegara yang bernuansa konflik agama, padahal sebenarnya itu bermotif ekonomi, misalnya konflik Afghanistan dengan Uni Sovyet, serangan WTC pada 11 September 2001, konflik Israel- Palestina, dan konflik bernuansa agama antara India dan Pakistan.

Konferensi ini diselenggarakan oleh Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI), Putut Prabantoro & Associated Public Relation Consulting, Kaukus Wartawan Indonesia (Kawan) dan UCIP bekerja sama dengan Sriwijaya Air dan Bank Mandiri.

Putut Prabantara selaku ketua penyelenggara kegiatan dalam sambutannya mengatakan, konferensi ini bertujuan mendukung para pembuat damai, aktivis gerakan tanpa kekerasan, wartawan persahabatan untuk melanjutkan tugas, mimpi dan profesinya untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup, bertumbuh, bekerja dan menghormati satu sama lain.

"Kita tahu masa depan suatu bangsa juga tergantung bagaimana pekerja media bisa memberikan sumbangan terhadap perdamaian," kata Prabantara.

Konferensi ini berlangsung bersamaan dengan kunjungan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, di Indonesia. Obama memuji toleransi  di Indonesia meskipun warganya terdiri dari berbagai berbagai suku, agama dan golongan.

Dia menegaskan bahwa Amerika tidak membenci Islam.Namun, ia mengajak semua pihak, termasuk Islam, untuk bersama-sama memerangi terorisme dan Al Qaedah. (agus sape)

Keterangan foto:

BERI PENDAPAT -- Seorang peserta dari Kedubes Jerman untuk Indonesia sedang memberikan pendapat tentang dialog antaragama dalam Konferensi Internasional Jurnalis tentang Dialog Antaragama di Museum Indonesia, TMII Jakarta, Rabu (10/11/2010).
 

POS KUPANG/AGUS SAPE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar