Kamis, 02 Desember 2010

Cor Tiang Perdana, Pengerjaan Kapela Naimata Dilanjutkan

UMAT Katolik St. Santo Fransiskus Xaverius Naimata, Paroki St. Yosef Pekerja Penfui-Kupang sepakat untuk melanjutkan pembangunan kapela baru menggantikan kapela lama yang kini sudah lapuk. Kelanjutan tersebut ditandai dengan pencanangan pembangunan tiang perdana kapela tersebut oleh Pastor Paroki St. Yosef Pekerja Penfui, Romo Florens Maxi Un Bria, Pr, Rabu (17/11/2010).

Pencanangan disaksikan Ketua Dewan Pastoral Stasi (DPS) St. Fransiskus Xaverius Naimata, Alex T. Ofong, S. Fil, Sekretaris DPS, Silvester Guntur dan jajaran pengurus DPS, para ketua KUB, para sesepuh dan tokoh adat setempat serta segenap umat Katolik Naimata.

Sebelum pencanangan, dilakukan ibadat singkat di halaman kapela yang dipimpin Romo Maxi Un Bria dan diikuti segenap umat. Umat memohon berkat dari Tuhan agar merestui pembangunan kapela ini dengan memberkatinya dan membantu pengurus stasi dan panitia pembangunan demi kelancaran pembanguan kapela tersebut.

Pada kesempatan itu Pastor Paroki memberikan dukungan kepada pengurus DPS dan segenap umat Naimata atas semangatnya untuk melanjutkan pembangunan kapela tersebut. Dia mendorong umat untuk menyisihkan sedikit dari penghasilannya untuk membantu pembangunan gereja tersebut. Hanya dengan demikian, katanya, kapela tersebut bisa dibangun sampai selesai.

Pembangunan kapela tersebut mengandalkan swadaya umat melalui program GESER (Gerakan Seribu Rupiah) dan GESUR (gerakan sukarela). Meski demikian, umat juga tetap mengharapkan uluran tangan dari sama saudara yang tergerak hatinya untuk membantu pembangunan gereja tersebut dengan memberikan bantuan uang ataupun bahan-bahan bangunan.

Romo Maxi mengatakan, sebesar 85 persen dari dana GESER yang dikumpulkan umat setiap hari akan digunakan untuk membiayai pembangunan kapela tersebut. Sedangkan 15 persennya akan diserahkan ke paroki sebagai wujud kesatuan dalam satu paroki dan gereja universal.

Sehari sebelumnya, Selasa (16/11/2010), diadakan upacara adat berupa pemotongan seekor kambing yang menandai dilanjutkannya pembangunan kapela tersebut. Upacara adat didahului dengan doa dan pemasangan lilin di kuburan para pendahulu stasi, yang terletak di halaman belakang kapela. Selanjutnya, Yosef Lakat, tokoh adat setempat yang memimpin upacara tersebut, menguncapkan kata-kata adat lalu menyembelih seekor kambing merah. Darah dari leher kambing tersebut dialirkan ke dalam lubang di mana tiang perdana akan dicor.

Upacara adat tersebut juga dihadiri umat Protestan yang bermukim di sekitar kapela tersebut. Kehadiran mereka merupakan wujud dukungan terhadap pembangunan kapela dan kehadiran umat Katolik di stasi tersebut. Kehadiran mereka sekaligus wujud hubungan ekumenis umat Katolik setempat dengan umat dari gereja-gereja Protestan.

Ketua DPS Naimata, Alex T. Ofong, S. Fil mengatakan, darah hewan sudah ditumpahkan. Dalam adat apa pun. darah melambang perjanjian. Demikian pula pada hari itu, umat Naimata telah mengurbankan kambing sebagai suatu perjanjian untuk melanjutkan dan menyelesaikan pembangunan kapela tersebut.

Oleh karena itu, Ofong mengajak umat sekalian untuk tidak boleh mundur lagi dalam membangun kapela tersebut. Ofong mengajak umat sekalian untuk bergotong royong, bahu-membahu membangun kapela tersebut. Dia yakin dalam kebersamaan, beban apa pun bisa diselesaikan dengan baik. 

Sangat Antusias
Kerinduan umat Stasi St. Fansiskus Xaverius Naimata untuk memiliki sebuah kapela baru yang lebih besar dan layak ternyata sangat tinggi. Hal ini setidak-tidaknya terlihat pada hari pencanangan tiang pertama kapela tersebut, Rabu (17/11/2010). Segenap umat Naimata, tua muda, perempuan-laki-laki hadir di halaman kapela tersebut.

Mereka siap memberikan apa yang ada padanya, baik berupa tenaga, pikiran, keterampilan, uang dan material, untuk menyukseskan pembangunan kapela tersebut.Tukang-tukang dari antara umat menyumbangkan keterampilannya untuk mengerjakan tiang tersebut. Yang lainnya mendatangkan semen, pasir dan kayu, ember dan sekop. Umat lain, khususnya kaum ibu, sibuk menyiapkan makanan untuk dihidangkan kepada umat yang hadir.

Demikianlah pada hari itu, tiang perdana yang dianggarkan dengan biaya Rp 3,5 juta langsung selesai dicor. Nyaris tanpa biaya dari panitia. Usai pengecoran, seluruh umat berkumpul di bawah tenda di depan kapela untuk menikmati makan siang bersama. Dalam kebersamaan menu makanan yang tampaknya biasa-biasa saja terasa nikmat dan memuaskan.

Umat tampaknya tidak mau langsung bubar. Setelah kenyang dengan makan siang, mereka masih boleh menikmati suguhan acara tarian dari anak-anak Sekami Stasi Naimata. Panitia juga berinisiatif mengadakan lelang ayam dan padi yang disumbangkan oleh umat setempat. Tidak sia-sia, dari antara umat yang hadir ada yang spontan memberikan sumbangan.

Misalnya, Aleks Leda yang diketahui sebagai salah satu pejabat di Dinas PU Propinsi NTT, mengambil satu ekor ayam jantan dengan 100 sak semen. Umat lainnya lagi mengambil padi. Bahkan Emil Karmin yang kalah bersaing dalam lelang tetap mau memberikan uangnya sebesar Rp 500 ribu untuk pembangunan kapela tersebut. (agus sape)

Keterangan foto:


TIANG PERDANA-- Umat Katolik Naimata bergotong royong mengecor tiang perdana kapela Naimata, Rabu (17/11/2010).

foto: Agus Sape

Tidak ada komentar:

Posting Komentar